Tentu Maung Garuda yang dipakai Presiden Prabowo punya spesifikasi yang khusus: anti peluru. Interiornya woody. Panjangnya 5,05 meter. Sekitar 40 cm lebih panjang dari Hi-Lux. Lebarnya sama: 2,06 meter. Dengan tinggi 1,87 meter.
Tentu Anda juga bisa memesan Maung Garuda dengan interior yang sama. Juga pakai kulkas di dalamnya. Dengan pengaturan yang serba elektronik. Dengan tambahan kamera di banyak sudutnya.
Bobot Maung Garuda ini hampir 3 ton –kurang lima kilogram. Yang saya kurang percaya adalah kecepatannya: maksimum hanya 100 km/jam.
Saya baca berulang-ulang informasi soal kecepatan itu. Rasanya, bagi saya, kurang menarik. Kurang cepat.
Presiden Prabowo telah melangkah dengan simbol. Di langkah pertama pula. Simbol nasionalisme. Simbol produksi dalam negeri. Tapi di masa lalu banyak simbol yang sebatas simbol. Dalam praktek kalah dengan kepentingan.
Kita punya presiden baru. Pelantikannya berjalan lancar. Mulus.
Dalam perjalanan pertamanya ke istana dielu-elukan di bundaran HI. Prabowo muncul lewat lubang di sun roof Maung Garuda untuk melambaikan tangannya.
Yang terpenting dan ditunggu masyarakat adalah nama-nama menterinya dan berapa jumlahnya. Apakah ada di antara yang dipanggil dan dikumpulkan selama dua hari ternyata tidak masuk pengumuman.
Di masa Presiden Jokowi itu terjadi. Seorang Maruarar Sirait sudah dapat undangan ke istana. Untuk dilantik jadi menteri. Sudah pakai baju putih seperti calon menteri lainnya.
Ujungnya Anda sudah tahu: di detik terakhir ia batal dilantik. Tekanan begitu kuat agar Jokowi tidak melantiknya. Tekan-menekan begitu kuat di detik-detik terakhir. Apakah Prabowo juga bisa ditekan?. (*Sebagai informasi, tulisan ini dikirim Dahlan Iskan ke editor Disway pukul 20. Sebelum ada pengumuman menteri dan wakil menteri pukul 20.30). (Dahlan Iskan)