Oleh: Dahlan Iskan
ACARA terakhir di Jakarta Kamis lalu berakhir pukul 21.00 lewat. Tidak ada lagi penerbangan ke Surabaya: jalan darat.
Sekalian-kali pertama Jakarta-Surabaya dengan mobil listrik. Hyundai Ioniq 5. Yang kekuatan baterainya Anda sudah tahu: 450 km sekali charging.
Maka saya cari tahu di rest area mana saja bisa tambah daya. Saya pernah tahu tapi lupa. Grup WA pemilik mobil listrik pernah bercerita soal itu. Tapi kalau tidak mengalami sendiri segala macam info cepat terlupa. Ini adalah zaman infoflation. Inflasi info. Berita baru sudah digeser oleh yang lebih baru dalam hitungan kecepatan cahaya.
Makan malam itu sebenarnya belum selesai. Tapi saya pamit ketika sendok terakhir belum kembali menyentuh piring. Abdullah Azwar Anas, menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, memaklumi kebiasaan saya.
Begitu masuk mobil saya melihat indikator baterai: sudah terpakai 17 persen. Masih bisa untuk 380 km. Bisa sampai Pekalongan atau Batang. Tapi anggota grup WA mengingatkan: lebih baik melakukan charging pertama di KM 207A. Berarti sedikit setelah Cirebon.
Saya penuhi saran itu. Sebenarnya begitu sampai di KM 207 indikator menampilkan masih bisa untuk 137 km lagi. Ikut yang sudah berpengalaman saja.
"Siapa tahu charging berikutnya lagi error," ujar pemberi saran tersebut.
BACA JUGA:Bursa Warung
Lokasi charging-nya cukup untuk empat mobil. Tapi hanya mobil saya yang haus. Lancar. Mudah. Lewat aplikasi. Semuanya jelas. Berapa bayar, berapa lama, masih berapa menit lagi dan seterusnya.
Begitu strum mulai masuk, saya tinggal ke toilet. Lalu melihat-lihat mini market –siapa tahu ada yang bisa dibeli. Tidak. Singkong kukus masih banyak. Itulah sarapan saya hari itu yang karena tidak habis masih bisa dibawa balik ke Surabaya.
Kembali ke stasiun charging ternyata sudah terisi 97 persen. Kurang tiga persen lagi. 98. 99. 100. Cepat sekali. Lebih cepat dari yang saya bayangkan. Untuk apa takut Jakarta-Surabaya pakai mobil listrik.
Berarti masih harus charging sekali lagi. Sebenarnya rugi cepat-cepat charging di KM 207. Tapi di pengalaman pertama janganlah sembrono.
Saya pun isi strum lagi di KM 519. Dekat Sragen. Maunya sampai penuh. Saya urungkan. Charging di KM 519 ini lambat. Begitu bertambah 20 persen saya cabut awal.
Saya teliti mesin charging lambat ini: milik Hyundai sendiri. Stasiun charging-nya pun terlalu sederhana. Tidak ada atap. Padahal lagi gerimis. Tidak ada lantai khusus. Lantainya paving yang ada. Hanya untuk dua mobil.