Karam Darat

Senin 07 Jul 2025 - 16:47 WIB
Reporter : Eko Hatmono
Editor : Eko Hatmono

Oleh: Dahlan Iskan

 

Sudah sebulan terakhir, setiap pagi, sahabat lama saya ini kirim tulisan bagus. Soal Indonesia dalam realita –lebih tegasnya:  "Indonesia dalam paradoks''.

Teman saya itu seorang pengusaha. Pernah jadi ketua umum partai yang dekat dengan Muhammadiyah.

"Ini tulisan Anda sendiri? Bagus sekali," komentar saya.

"Bukan. Itu tulisan teman baik saya," jawabnya.

Lalu saya scroll lagi ke bagian paling atas. Ternyata memang ada penulisnya –tapi bukan namanya. Hanya singkatannya: GWS.

"Boleh kah saya kenal dengan GWS yang menulis artikel itu?"

"Saya tanya dulu orangnya".

"GWS itu singkatan apa?"

"Saya tanya dulu orangnya".

Ya sudah. Rahasia.

Sejak itu, setiap hari saya dikirimi artikel GWS. Isinya selalu baik. Selalu menarik. Penulisannya mengalir. Hanya kadang agak terlalu panjang –untuk ukuran pembaca zaman sekarang.

Rupanya GWS juga menulis setiap hari. Entah sudah berapa lama. Terbukti setiap pagi saya menerima kiriman dari teman lama itu. Isinya bervariasi. Kadang soal pembangunan Maritim –sampai lima seri. Salah satunya: bagaimana Aceh bisa jadi pusat maritim baru Indonesia. Yakni memanfaatkan program Thailand yang membangun terusan di ''leher'' negaranya. Terusan itu sebagai jalan pintas bagi lalu-lintas kapal dari Lautan Hindia ke Laut China Selatan –tanpa lewat Selat Melaka yang sudah terlalu ramai. Terusan itu juga sekaligus mengurangi peran pelabuhan Singapura.

Artikel itu ganti saya kirim ke beberapa aktivis Aceh. Reaksi mereka: konsep seperti itu dulu pernah dibicarakan. Tapi terlalu ideal untuk bisa dilaksanakan.

Kategori :

Terkait

Rabu 03 Sep 2025 - 17:46 WIB

Joget Malinau

Selasa 02 Sep 2025 - 16:52 WIB

Joget Kebenaran

Minggu 31 Aug 2025 - 17:46 WIB

Reformasi Solo

Sabtu 30 Aug 2025 - 16:28 WIB

Cantik Tersipu

Kamis 28 Aug 2025 - 17:05 WIB

Tempe Kedelai