Oleh: Dahlan Iskan
JANGAN-JANGAN akibat prinsip ini tiba-tiba ketegangan Tiongkok-Amerika tidak meluap-luap lagi:
你打你的
我打我的
Ni da ni de
Wo da wo de
Anda tembakkan punya Anda.
Saya tembakkan punya saya.
Begitulah. Saat saya ke Tiongkok yang baru lalu pembicaraan ni da ni de itu ramai beredar di medsos. Lengkap dengan penjelasannya.
Anda sudah tahu: kapan itu armada Amerika Serikat sudah siap tempur di laut Tiongkok timur. Sampai di laut Tiongkok Selatan.
Apakah Tiongkok mengerahkan kekuatan persenjataan untuk menghadapi kekuatan militer Amerika itu? Apakah Tiongkok akan kuat menghadapi kekuatan militer Amerika tersebut? Kalau pun kuat apakah tidak akan mengakibatkan kehancuran di Tiongkok? Bukankah medan perang kali ini di Tiongkok bagian timur?
Ternyata Tiongkok tidak mengerahkan persenjataan di wilayah yang diperkirakan akan diserang Amerika. Tiongkok seperti bersikap silakan saja Amerika melakukan serangan: ni da ni de. ?????
Tiongkok justru mengerahkan persenjataan di tempat yang lain. Tiongkok siap-siap mengarahkan persenjataan balistiknya ke arah daratan Amerika. Seolah Tiongkok mengatakan: wo da wo de. Silakan tembakkan senjata Anda. Saya akan tembakkan senjata saya.
Amerika menembaki Tiongkok. Tidak dilawan.
Tiongkok menembaki Amerika. Mungkin dilawan.
Intinya Tiongkok tidak mau jadi medan pertempuran. Tiongkok belajar dari perang dunia pertama maupun perang dunia kedua. Di dua perang besar itu Amerika terlibat perang, tapi perangnya bukan di negaranya. Maka Amerika selamat. Bisa terus membangun. Ia memilih perang di negara orang lain dari pada di negaranya sendiri.
Itulah sebabnya Amerika terus berjaya. Eropa pun ketinggalan. Perang terbaik adalah kalau perangnya di negara orang.
Amerika kalah di perang Vietnam. Tapi negaranya tidak hancur. Amerika akhirnya kalah di perang Afghanistan, tapi baik-baik saja. Anda bisa menambahkan daftar lebih panjang lagi.
Belum ada perang Amerika di daratan Amerika. Sampai mungkin Tiongkok yang akan melakukannya –kalau pembicaraan ramai di medsos itu benar adanya.