Jam 21.00 tepat, polisi memasuki lapangan. Pakai mobil golf. Klaksonnya dibunyikan berkali-kali: tanda waktu berolahraga selesai. Besok pagi harus kerja. Semua bubar.
Kecuali satu kelompok kecil. Mereka terus latihan gerakan baru. Tanpa musik. Boleh. Saya pun gabung ke kelompok itu. Ingin bisa gerakan itu. Sulit. Ada gerakan shuffle -nya.
Saya hampir absen olahraga satu hari: harus berangkat pukul 06.00. Dari Meizhou di provinsi Guangdong. Menuju Putian di provinsi Fujian. Setelah acara di Putian harus ke Changzhou. Sehari penuh di jalan tol. Pukul 20.00 baterai hampir habis. Mobil harus isi listrik. Di jalan tol selalu ada tanda: mana saja rest area yang ada charger mobil listriknya. Memang belum di semua rest area. Tapi sangat banyak. Standar. Pasti fast charging: 30 menit bisa penuh lagi.
BACA JUGA:Level Empat
Di jalan tol Jakarta-Surabaya juga sudah ada beberapa charger mobil listrik. Menjelang Lebaran ini ditambah lagi. Tapi belum ada penandanya di jalan tol. Masih harus cari info di internet. Itu pun tidak jelas mana yang slow dan mana yang cepat.
Harusnya charger yang slow dihapus saja. Total. Tidak ada gunanya. Justru mengecoh. Charger lambat hanya cocok untuk di rumah. Atau di kantor. Bukan di jalan tol.
Hyundai harusnya mengganti charger slow itu. Misalnya milik Hyundai yang di rest area Sragen itu.
Waktu mobil diisi listrik di dekat Xiamen itu, saya akan nganggur 30 menit. Saya pun ambil speaker mini. Rest area ini luas sekali. Lokasinya di sela-sela perbukitan. Saya pun senam di situ. Di bawah lampu besar. Sendirian.
Saya pilih gerakan senam dari banyak lagu Mandarin. Siapa tahu ada yang bergabung. Tidak ada. Tetap sendirian. Setengah jam. Berkeringat. Ganti baju di toilet.
Saya tersenyum sendiri: puas. Hampir saja olahraga saya bogang sehari. (Dahlan Iskan)