Rencana mundur itu diundur: karena tiba-tiba ada Covid-19. Seiring dengan itu isyarat Lee pun berubah: dari Keat ke Lawrence Wong.
Maka Wong pun diangkat jadi wakil perdana menteri semacam anak tangga terakhir sebelum jabatan perdana menteri.
Covid adalah ujian terakhir bagi Wong. Sukses. Maka rekam jejak Wong sangat gemilang.
BACA JUGA:Drone Khandaq
Di antara empat calon yang diincar Lee, hanya Wong yang mencapai angka 0 untuk lima kategori: kegagalan, cedera janji, tuduhan, peringatan, dan denda.
Pemimpin baru Singapura itu lulus dengan sempurna untuk penilaian berikut ini: apakah pernah ada pengaduan dari masyarakat? Apakah pernah melanggar lalu lintas? Apakah pernah dipanggil polisi?
Juga: Tidak pernah terlihat punya kebencian rasial. Tidak pernah korupsi atau terima suap. Tidak pernah tersangkut masalah hukum. Tidak pernah menghindari dan menggelapkan pajak.
Pun: tidak ada penilaian negatif dari publik. Kondisi badannya sangat sehat. Kehidupan pribadinya tidak tercela. Tidak pernah melakukan penyalahgunaan kekuasaan. Bebas dari pemeriksaan Interpol, FBI, dan CIA.
Secara politik Wong juga sukses: selalu terpilih sebagai anggota parlemen.
Kelebihan lain: pidatonya di depan publik pun memikat.
Sudah dua tahun Wong ''magang'' jabatan tertinggi. Merangkap jadi menteri keuangan. Tidak akan ada guncangan apa pun.
Lulusan Wisconsin, Michigan, dan Harvard University ini pun menyatakan siap menerima jabatan perdana menteri.
Nasib Singapura. Selalu dapat pemimpin yang baik. Stabilitas yang begitu panjang membuatnya jadi negara maju.
Wong sebenarnya orang Ipoh, Malaysia. Tapi keluarganya pindah ke Singapura.
Nasib Malaysia juga kehilangan Wong.
Bulan depan tetangga kita punya pemimpin baru. Kita lebih dulu pemilu, ia lebih dulu punya pemimpin baru. (Dahlan Iskan)