Tapi yang jelas Prof Bus sangat humble. Tidak sok kuasa. Menghargai anak buah. Termasuk dalam melakukan pemanggilan nama. "Memanggil saya pun Bang Yan. Bukan dokter Yan," ujar Dr Yan.
BACA JUGA:Ditoto Dito
Dr Yan adalah teman olahraga Prof Bus. Lari. Tiap Sabtu lari bersama. Dari fakultas kedokteran ke tengah kota. Pekan lalu sama-sama pula ikut maraton di Yogyakarta. Setengah maraton: 21 km. Keduanya sudah beberapa kali ikut half maraton. Termasuk di luar negeri. Prof Bus adalah ahli Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Asli Unair.
Apakah dalam pertemuan hampir dua jam dengan rektor juga dibahas soal dokter asing?
"Tidak. Kami murni bicara soal Prof Bus," ujar Dr Yan.
Pemberhentian Prof Bus sebagai dekan memang terkait soal dokter asing. Prof Bus punya sikap menolak dokter asing.
Rektor sendiri tidak keberatan dengan sikap Prof Bus. Asal sebagai pribadi. Atau sebagai ketua asosiasi. Prof Bus adalah ketua AIPKI (Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia). Anggotanya 97 FK se-Indonesia.
Rektor keberatan kalau sikap itu diatasnamakan fakultas kedokteran Unair. Unair adalah perguruan tinggi milik negara. Harus mendukung program pemerintah.
Saya juga dihubungi Menkes Budi Sadikin. "Pak Dahlan, apa salah saya? Kok dikaitkan dengan pemberhentian dekan FK Unair," ujarnya.
"Terkait dekan FK Unair, terus terang saya tidak mengerti mengapa dikaitkan dengan Kemenkes. Kemenkes tidak membawahi Unair, tidak ada wewenang mengatur Unair. Saya juga tidak ada kontak dengan rektor, dan jujur juga tidak masalah dengan pernyataan dekan FK Unair itu. Bingung saja ada kejadian ini seakan saya intervensi ke Unair. Astaga".
Lalu, apakah jabatan Prof Bus akan dikembalikan?
"Kita lihat mana yang baik," ujar rektor.
Rektor Unair sendiri sangat berprestasi. Ia bukan dokter. Ia akuntan. Baru sekali ini Unair dipimpin seorang akuntan. Waktu masa jabatan pertamanya habis langsung tidak ada saingan untuk menjabat periode kedua.
Rektor ini juga dikenal sebagai Orla --orang Lamongan. (Dahlan Iskan)