Datuk ITB

Pengguntingan pita sebagai peresmian Gedung Labtek baru ITB oleh Datuk Low Tuck.----DISWAY

Prof Reini juga baru mendarat dari Amerika. Dia dari MIT: menjalin kerja sama penulisan bersama antara peneliti MIT dan ITB.

"Kerja sama dengan lembaga sekelas MIT kan mahal. Yang sulit, kami harus menemukan cara agar bisa murah," ujar Reini. "Berhasil," tambahnyi.

Baru sekali ini saya menyaksikan gaya rektor ITB berpidato. Jauh dari formal. Penuh improvisasi. Bergaya apa adanya.

Juga baru sekali ini melihat gaya perminyakan ITB menampilkan acara doa. Yang memimpin doa: ketua jurusan. Baju dan celananya seperti baru pulang dari ladang minyak. Sangat alami. Tanpa dibuat-buat seolah si pembawa doa punya koneksi khusus dengan Tuhan.

Datuk Low Tuck Kwong tidak menyampaikan pidato. Ia memang rendah hati. Yang berpidato atas nama Datuk adalah Filda Citra Yusgiantoro, putri Purnomo.

Datuk tampil hanya untuk menekan tombol dan menggunting untaian bunga. Usianya 76 tahun tapi jalannya masih tegak. Wajahnya penuh dengan senyum.

Dalam penerbangan dari Halim ke Bandung saya duduk di sofa sebelah Datuk. Tapi dalam penerbangan 20 menit itu Datuk lebih banyak mendengarkan obrolan saya dengan Alex. Direktur Bayan ini adalah menantu Purnomo. Alex seorang doktor ilmu hukum ekonomi, perusahaan, dan keuangan dari University of California Berkeley.

Ketika makan malam, saya duduk di sebelah kiri Datuk. Purnomo di sebelah kanannya. Banyak guru besar dan doktor perminyakan ikut hadir. Ada generasi doktor lulusan Amerika. Ada generasi doktor lulusan Prancis. Doktor-doktor yang lebih muda sudah bercampur lulus dari banyak negara.

Di makan malam ini saya baru tahu: Bayan, sebagai perusahaan, punya dana CSR sendiri. Datuk sebagai pribadi punya dana sosial sendiri. Beasiswa seperti di ITB itu diberikan juga untuk 12 universitas lainnya seperti UI, UGM, dan Undip. Juga untuk tiga universitas di Kaltim –Universitas Mulawarman di Samarinda, Unikarta di Kutai, dan Uniba di Balikpapan.

Dari peresmian saya ingin mampir ke galeri Nyoman Nuarta. Jalan ke sana macet total. Saya balik arah ke stasiun kereta Bandung. Waktu mepet. Tidak boleh ketinggalan kereta ke Surabaya. (Dahlan Iskan)

 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan