Ikut Semut
--
Oleh: Dahlan Iskan
Ke Tiongkok kali ini saya bikin percobaan kecil-kecilan: menyelamatkan bibir dengan cara baru.
Pakai virgin coconut oil. Biarlah dibilang tidak modern. Atau bau jelantah. Yang penting berusaha.
Anda pun sudah pernah mengalami. Di puncak musim dingin seperti ini bibir kering. Lalu terasa tebal. Bersisik.
Hari ketiga, mulai seperti ada kulit bibir yang harus dikelupas. Tangan suka usil: ingin mengupas kulit kering yang mengganggu itu. Padahal akibatnya sudah tahu: akan ada luka tipis. Sedikit berdarah. Pedih.
Wanita tidak mengalami itu: pakai lipstik.
Laki-laki pakai lipstik?
Robert Lai-lah orang pertama yang mengajari saya pakai lipstik. Lebih 25 tahun lalu. Lip balm. Balsem bibir. Harus selalu ada lipstick di kantong baju tebal. Sebentar-sebentar lipstikan.
Problem tidak hanya di bibir. Juga di kulit tangan. Kulit kaki. Kulit tumit.
Kulit tangan seperti bersisik. Pun kulit kaki. Tumit pecah-pecah. Kadang seperti jijik.
Teman Singapura kelahiran Hong Kong itu pula yang mengajari saya pakai lotion. Dibelikan merek tertentu.
Setiap habis mandi harus mandi lotion. Wajah, tangan, kaki, tumit, dan seluruh telapak kaki.
BACA JUGA:Ikut Muda
Kalau ia melihat kulit saya mulai bersisik, ia paksa saya: ia oleskan lotion ke seluruh tangan saya. Lalu minta saya lepas kaus kaki. Dilihat tumit saya. Kasar. Pecah-pecah. Ia gosok dengan lotion.