Dansa 90

Dahlan Iskan bersama Kwik Kian Gie yang kini sudah berusia 90 tahun.----

Sejak itu Kwik berubah pikiran. Ia lantas kuliah ekonomi. Di Rotterdam. Yakni di almamater yang sama dengan ayah Prabowo Subianto, Prof Dr Soemitro Djojohadikoesumo –kelak jadi begawan ekonomi dan tokoh pemberontakan PRRI.

Di kampus itu pula Radius Prawiro kuliah –kelak jadi menteri keuangan di zaman Pak Harto. Di situ pula Bung Hatta –proklamator kemerdekaan bersama Bung Karno. Juga Ferry Sonneville, juara dunia bulu tangkis dan pengusaha besar.

Di kampus itulah Kwik kenal gadis Belanda yang bekerja di bagian administrasi universitas. Mereka pacaran. Kawin. Dibawa Kwik ke Indonesia.

Di Belanda, Kwik masuk ke dalam klub mahasiswa elite dan eksklusif. Yakni klub yang anggotanya hanya anak bangsawan dan miliarder. Anak pemilik perusahaan Philips ada di klub itu.

"Saya mengaku anak miliarder dari Indonesia," ujar Kwik. "Toh mereka tidak tahu," tambahnya terkekeh.

"Kan Pak Kwik memang anak miliarder saat itu," celetuk saya.

"Hahaha...." ia tertawa.

Sang ayah sudah memang pengusaha sukses: dagang macam-macam. "Yang saya ingat dagang tembakau, cengkih, dan emas," ujar Kwik.

Di klub elite itulah pesta dan dansa jadi kehidupannya. Di situ kalau lagi minum minuman keras seperti adu kuat. Demikian juga kalau dansa.

Dansa itu lantas berkembang menjadi hobi. Mencandu dalam diri. Sampai tua. Di rumah pun dansa. Pun bila hanya bersama istri.

Dansa itu juga diwariskan. Ditularkan. Ke anak-anaknya. Saat istrinya sudah tidak ada, Kwik berdansa dengan putrinya –rumah mereka bersebelahan di Radio Dalam.

"Kapan terakhir dansa?”

"Belum lama. Minggu lalu. Tapi yah sudah beda. Dansanya orang tua," katanya.

"Di mana dansanya?"

BACA JUGA:Variasi Unggulan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan