Poo Cendana

----DISWAY
Di sawah itulah, menurut rencana, kremasi dilakukan. Di seputar apinya akan didirikan tribun untuk sekitar 1500 pendoa dari berbagai aliran Buddha. Termasuk ratusan orang dari Taiwan dan Thailand.
Doa-doa itu dipanjatkan dalam pengaruh wibawa Borobudur yang terlihat dengan sangat dekatnya.
Saya dengar hanya kayu-kayu khusus yang dipakai untuk membakar jenazah Pak Poo. Yakni kayu cendana. Akan sangat harum baunya –akan tercium oleh Candi Borobudur yang memberkatinya.
Di antara banyak orang di aula vihara itu terlihat ada satu yang berwajah India. Bajunya biru. Ia adalah salah satu dari empat perawat Pak Poo selama sekitar delapan bulan sakit di Singapura.
Empat perawat itu satu berdarah India, satu Tionghoa, satu Melayu, dan satunya lagi campuran Tionghoa-Melayu. Mereka sudah seperti keluarga sendiri.
Sehari sebelum meninggal, Pak Poo sudah tahu umurnya hanya tinggal hitungan jam. Menjelang tengah malam, satu perawat yang paling disayang harus pulang. Diganti perawat lain.
Saat si perawat pamit, Pak Poo bilang mungkin segera meninggal. "Tahan," kata perawat itu, "tunggu sampai saya bertugas lagi besok pagi," katanyi.
Lewat tengah malam Pak Poo kritis. Empat anaknya dipanggil ke rumah sakit. Tekanan darahnya terus menurun. Obat penahan tekanan darah itu sudah tidak mungkin lagi dinaikkan.
Pak Poo diberi tahu obat untuk menaikkan darah sudah mentok di batas atas. Memang masih bisa dinaikkan tapi akan berakibat fatal: pembuluh darah di otaknya akan pecah semua. Obat untuk menaikkan tekanan darah itu sudah diberikan 40 kali lebih tinggi dari yang semestinya.
Pak Poo pun tahu saatnya tidak lama lagi. Istri dan anak sudah kumpul. Pak Poo pun pingsan. Koma.
Pagi pun menyingsing. Matahari kian tinggi. Si kesayangan sudah kembali bertugas merawat Pak Poo.
Pukul 10.00 dokter memberi tahu: bahwa nyawa Pak Poo masih ada semata hanya karena obat dan alat. Begitu kadar obatnya sedikit saja diturunkan Pak Poo meninggal.
Maka diputuskanlah: keluarga berkumpul lagi. Untuk sembahyang, berdoa dan... setelah itu mempersilakan dokter mencabut alat-alat penahan nyawa.
Sudah banyak nikmat di hidup Pak Poo (lihat Disway 8 April 2025: Poo Makna) selama 84 tahun hidupnya. Pun setelah kematiannya. Amin.(Dahlan Iskan)