Ganbai Ganbai

----DISWAY
"Ganbai!!!,” sahut mereka. Lalu kami pun saling menabrakkan gelas: Ting! Ting! Ting! Barulah meneguk isinya.
Maksud kata ''ganbai'': minumlah sampai habis. Sampai gelasnya kosong. Masing-masing lantas menunjukkan gelas mereka sudah kosong.
Untuk diisi lagi.
Saya lirik gelas kecil ketua dokter di sebelah saya: masih sama. Isinya tidak berkurang. Berarti dia tadi tidak meminumnya. Hanya seperti minum. Agar terlihat kompak.
Dua orang yang minum jus ternyata beralasan pulangnya nanti mereka harus mengemudikan mobil. Dimaklumi.
Yang lain terus saja mengisi gelas kosong. Saling mengajak bersulang. Satu tamu mendatangi kursi tamu lain: mengajak bersulang. Nanti tamu yang diajak bersulang itu ganti mendatanginya untuk balas bersulang.
Tidak habis-habisnya. Dua botol Motai pun habis. Harganya Rp 30 juta.
Begitulah malam-malam saya di Beijing. Juga siang-siang saya. Dari ganbai ke ganbai.
Saya sudah belajar banyak bagaimana ber-ganbai yang sopan dan merendah: waktu saya membenturkan ke gelas teman selalu posisi bibir gelas saya jangan sampai di atas bibir gelas teman itu. Ia juga tahu itu. Ia juga tidak mau bibir gelasnya lebih tinggi. Maka kadang kami saling menurunkan posisi gelas.
Senin pagi kemarin saya mulai terbebas dari semua itu. Saya sudah bisa di pesawat menuju New York. Tidak akan ada ganbai di perjalanan saya di Amerika. (Dahlan Iskan)