Tenda Perusuh
--
Oleh: Dahlan Iskan
Tenda sudah selesai dipasang --meski bukan tenda biru. Foging sudah dilakukan. Tapi tetap saja tidak ada jaminan bisa mengatasi hujan dan nyamuk.
Maka saya kebut penyelesaian Rumah Gedhek --di kebun kecil milik menantu Pak Iskan di dekat Pacet, Mojokerto itu. Para Perusuh Disway ngotot kumpul di situ hari ini. Mereka sudah berdatangan sejak kemarin sore --bisa sampai 100 orang.
"Perusuh" adalah nama julukan untuk mereka yang sering menulis komentar di Disway.id. Nama itu datang dari mereka sendiri --setelah melihat banyaknya komentar yang usil dan usil.
Dulunya pertemuan seperti itu memang dilakukan setiap Desember. Dibarengkan dengan ulang tahun senam Dahlan Style. Ternyata mereka kurang puas. Acara ulang tahun senam itu membuat rusuh agenda internal Perusuh Disway. Maka sejak tahun ini pertemuan Perusuh Disway diubah pertengahan Agustus. Sekalian menghindari puncak musim hujan.
Tapi ternyata mereka senang berhujan-hujan. Maka tanpa persetujuan menantu Pak Iskan mereka tetap ingin kumpul di bulan Desember. Mereka bilang akan datang sendiri. Membawa makanan sendiri. Mengangkut tenda sendiri.
Untungnya di secuil kebun itu ada bangunan lama. Gudang tua. Saya pikir itu bisa jadi cadangan kalau tendanya terbawa angin ribut. Maka dalam waktu satu minggu gudang itu diberi dinding. Agar cepat, dindingnya terbuat dari gedhek --belahan bambu yang dianyam kasar. Lalu diplitur.
Agar tidak terasa gedheknya perlu dihias. Dipasanglah beberapa foto kenangan --termasuk foto-foto mobil listrik made in Indonesia.
Anda masih ingat, pernah ada mobil listrik warna hijau. Sederhana. Itulah mobil listrik pertama di Indonesia. Yang membuatnya: seorang sarjana tehnik mesin ITB, Dasep Ahmadi.
Foto itu saya abadikan karena menjadi simbol sulitnya memperjuangkan mobil listrik di Indonesia: Kang Dasep sampai masuk penjara. Dan saya sempat jadi tersangka.
Waktu itu saya dan Kang Dasep ingin Indonesia punya mobil nasional --dan itu harus mobil listrik. Bukan mobil bensin.
Di mobil bensin kita sudah terlalu jauh ketinggalan. Tidak masuk akal kalau kita harus mengejarnya --biar pun itu anak-anak SMK dari Solo.
Kalau mau punya mobil nasional haruslah mobil listrik. Kesempatan masih terbuka --untuk jadi tuan rumah di mobil listrik. Saat itu --15 tahun lalu?-- seluruh dunia baru mulai mencoba bikin mobil listrik. Semua masih coba-coba.