Kasus Diare Akut Dominasi Penyakit di Akhir Bulan Juli
Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu, Ruslian, SKM., M.Si--GATOT/RK
Radarkoran.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu menyebut kasus diare akut menjadi salah satu penyakit yang mendominasi pada akhir bulan Juli 2024 yakni mencapai angka 236 kasus.
Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu, Ruslian, S.KM, M.Si mengatakan, data tersebut berdasarkan data yang terinput dalam Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) atau yang biasa disebut dengan Early Warning Alert Response and System (EWARS), yakni sebuah sistem yang berfungsi dalam mendeteksi adanya ancaman indikasi KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit menular yang dilaporkan secara mingguan dengan berbasis komputer.
SKDR dapat memperlihatkan sinyal peringatan dini adanya peningkatan kasus penyakit melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah, dan sinyal peringatan dini yang muncul pada sistem bukan berarti sudah terjadi KLB tetapi merupakan pra-KLB yang mengharuskan petugas untuk melakukan respon cepat agar tidak terjadi KLB.
"Penyakit yang kita pantau melalui SKDR yang merupakan hasil pencatatan tim surveilans di Puskesmas dan rumah sakit untuk minggu ke-28, yang tertinggi itu adalah diare akut sebanyak 236 kasus," kata Ruslian.
BACA JUGA:Soal Antrean Panjang di SPBU, Ini Penjelasan Pemprov
Selain diare akut, beberapa penyakit juga masuk dalam pencatatan SKDR seperti ISPA (infeksi saluran pernapasan akut, red), DBD (demam berdarah dengue), peneumonia, serta penyakit demam Tifoid.
"Jadi ada 4 penyakit itu yang perlu kita waspadai, terutama penyakit ISPA dan demam tifoid," imbuh Ruslian.
Ruslian menyebut, dengan kondisi kemarau saat ini, penyakit ISPA dan demam tifoid kerap mengalami lonjakan kasus karena kondisi lingkungan yang berdebu.
BACA JUGA:Pengerjaan SPAM Kobema Capai 70 persen, Tejo : Kendala di Lapangan Tidak Hentikan Pengerjaan
"Penyakit ISPA dan demam Tifoid itu pada saat musim kemarau biasanya lonjakannya atau meningkat. Ini karena sering terkontaminasi dengan debu ataupun dari tangan-tangan kita yang tidak berperilaku hidup bersih dan sehat, sehingga virus ataupun bakteri itu menular melalui tangan yang pada saat kita makan masuk ke mulut kita, sehingga bakteri tersebut masuk ke tubuh kita," tutup Ruslian.