Anwar Berkeley

Rabu 06 Nov 2024 - 17:29 WIB
Reporter : Eko Hatmono
Editor : Eko Hatmono

Oleh: Dahlan Iskan

 

Saya ikut Ari Sufiati mengantarkan Nico ke University of California Berkeley. Perjalanan satu setengah jam dari rumahnyi di selatan Silicon Valley, tidak jauh dari kantor pusat Apple tempatnyi bekerja.

Nico adalah calon sarjana baru robotic Unair yang lolos tes program Global Leadership satu bulan di Amerika.

Program itu dilahirkan oleh Ari Sufiati dan Dian Widhiati dari Houston. Dua wanita itu pendiri yayasan Indonesia Lighthouse, dan sama-sama pengurus inti IKA Unair wilayah Amerika.

Salah satu programnya: merasakan masuk kelas di UC BerkeleBACA JUGA:Ari Diany. Dua kali. Lalu ke lab di situ, dibimbing seorang profesor di sana.

Saya tidak ikut masuk kelas. Saya ikut ke lab mechanical engineering-nya.

Saya bertemu sang profesor pembimbing. Salaman. Namanya: George Anwar. Ia alumnus teknik nuklir dan teknik mesin di UC Berkeley. Lalu master dan doktornya di mechanical engineering.

"Kenapa nama belakang Anda Anwar?" tanya saya dalam bahasa Inggris.

"Saya kan orang Indonesia," jawabnya, juga dalam Inggris.

"Indonesia? Dari mana?" tanya saya lagi masih dalam Inggris. Saya tidak sepenuhnya percaya.

Ia pun membuka tas kecil. Mengeluarkan paspor.

"This is my passport," katanya.

Benar, paspor Indonesia. Hijau. Bergambar Garuda.

Saya buka paspor itu. Nama yang tertera di situ bukan George Anwar, tapi Djodji Anwar.

Kategori :

Terkait

Sabtu 01 Feb 2025 - 16:30 WIB

Imlek Fitri

Jumat 31 Jan 2025 - 17:15 WIB

Dua Guru

Rabu 29 Jan 2025 - 16:45 WIB

Lomba Heboh

Senin 27 Jan 2025 - 16:54 WIB

Gunung Tinggi

Minggu 26 Jan 2025 - 19:44 WIB

Tembok Laut