Miskin Bermartabat

Selasa 25 Feb 2025 - 17:24 WIB
Reporter : Eko Hatmono
Editor : Eko Hatmono
Miskin Bermartabat

Pesanan pun datang. Benar. Maka saya sodorkan roti epek yang ada kuning telurnya tadi ke Gus Pemandu. Ia mau makan. Lebih cepat habis dari saya.

Kami banyak berbincang soal perang di Tigray. Sesekali pembicaraan berhenti. Kami terdiam. Lama. Sopir yang mengantar saya dari Makelle menyerahkan layar HP-nya. Merek Samsung. Saya baca pesan di layar hp itu.

"Kita jangan bicara perang. Yang baru masuk itu tentara," tulisnya.

Saya pun melirik tamu yang lagi makan sayur mentah campur saus dan roti. Makannya cepat. Lalu pergi. Kami mulai lagi bicara soal perang.

"Saya pernah sembunyi di bunker di bawah masjid. Hampir tanpa makan dan minum. Dua hari," ujar Gus Pamandu.

Bunker itu cukup untuk 50 orang. Berdesakan. Tapi tetap saja tidak aman. Tentara masuk ke bunker. Memeriksa mereka. Ketakutan. Tidak ditemukan senjata. Mereka dibebaskan.

Ganti tentara yang menguasai bunker itu. Lengkap dengan persediaan smerekanya.

Desa Negash kini berpenduduk sekitar 2.000 orang. Penduduk muslimnya tinggal paling banyak 200 orang. Saat salat Jumat, masjid itu penuh.

"Sekitar 50 orang yang jumatan " ujar Gus pemandu.

Saya pilih kembali ke Makelle. Jumatan di kota itu. Waktu saya harus dihemat. Dalam perjalanan kembali ke Makelle saya minta izin ke sopir: tidak lagi duduk di depan. Kursinya terlalu tegak. Tidak bisa disandarkan. Sedikit saja sekali pun.

Saya pun menggeletakkan badan di kursi tengah. Tas merah sebagai bantalnya.(Dahlan Iskan)

Kategori :

Terkait

Senin 02 Jun 2025 - 17:38 WIB

Notre-Dame

Minggu 01 Jun 2025 - 16:54 WIB

Beijing Amerika

Sabtu 31 May 2025 - 18:06 WIB

Kedelai Pagi

Selasa 27 May 2025 - 17:00 WIB

Memihak Rubil

Senin 26 May 2025 - 17:25 WIB

Istri Sekampung