Penyakit Tumbuh

Selasa 04 Mar 2025 - 17:16 WIB
Reporter : Eko Hatmono
Editor : Eko Hatmono

Penyebab lain: pasok kebutuhan pembangunan tidak cukup. Lebih banyak yang membangun daripada produksi semen, baja, dan seterusnya. Mereka hanya tertolong oleh –Anda sudah tahu– murahnya harga batu dan pasir.

Harga pasir hanya Rp 40.000/kubik. Batu Rp 80.000. Praktis hanya ongkos angkut dan memecahnya. Semen Rp 120.000/sak 50 kg. Pabrik semen dalam negeri hanya bisa mencukupi 60 persen.

Akibatnya: harga-harga pun melonjak. Melompat. Tidak henti-hentinya. Kontraktor angkat tangan. Nilai kontrak tidak cocok lagi dengan kenaikan harga-harga.

Kurs mata uang Ethiopia, Birr (ETB), jatuh. Terguling-guling. Terutama di pasar gelap. Bisa empat kali dari kurs resmi pemerintah. Terjadilah krisis moneter. Sejak tiga tahun lalu. Untungnya tidak merembet ke krisis politik dan kerusuhan sosial.

Ethiopia pun minta bantuan IMF: utang USD 10 miliar.

IMF setuju. Tapi ada syarat. Birr harus didevaluasi.

Maka Agustus tahun lalu dilakukanlah devaluasi birr. Drastis: 100 persen. Satu dolar yang sebelumnya 50 birr menjadi 120 birr.

Pengusaha menjerit. Harga-harga naik. Serentak. Ketika inflasi tinggi, sudah banyak bangunan tidak bisa dilanjutkan. Ketika dilakukan devaluasi lebih-lebih lagi.

Tapi tidak ada demo. Demokrasi di Ethiopia bukanlah demokrasi.

Keadilan juga baru bisa didapat kalau ada uang dan koneksi. Di Indonesia masih sedikit lebih beruntung: keadilan bisa didapat dengan jalan ketiga: diviralkan di medsos –no viral no justice.

Di Ethiopia medsos tidak bisa memviralkan ketidakadilan. Medsos hanya untuk gosip artis.

Tumbuh tinggi, inflasi tinggi, harga-harga naik, bangunan mangkrak, kota gemerlapan, semua itu saya anggap sebagai fenomena growing pain: penyakit bawaan bagi negara yang sedang bertumbuh.

Kita juga mengalami itu. Di masa lalu. Kita berkali-kali melakukan devaluasi di awal pertumbuhan kita. Sakit akibat devaluasi biasanya berlangsung satu tahun. Orang harus hidup. Bergerak maju. Sakit akibat kenaikan harga pun mulai pulih –setelah terbiasa dengan harga baru.

Ethiopia mengalami masa-masa awal pertumbuhan tinggi. Mirip kita di tahun 1980-an. Kita sudah melewati masa seperti itu. Bukan berarti sudah selesai.

Sekarang ini kita berada di tahap menghadapi penyakit berat lainnya: ''jebakan kelas menengah''. Kalau kita bisa melewatinya kita akan jadi negara maju. Kalau tidak, kita akan begini-begini saja –bahkan kembali menjadi negara miskin.

Ethiopia memang lagi sakit, tapi beda dengan sakitnya di masa lalu. Dulu sakitnya bayi. Kini sakitnya orang dewasa.

Kategori :

Terkait

Selasa 04 Mar 2025 - 17:16 WIB

Penyakit Tumbuh

Senin 03 Mar 2025 - 17:09 WIB

Pertamax Oplos

Minggu 02 Mar 2025 - 16:18 WIB

Doa Sritex

Sabtu 01 Mar 2025 - 16:36 WIB

Al Diplomat

Jumat 28 Feb 2025 - 16:53 WIB

Oplosan Blending