Karam Darat

------DISWAY
Oleh: Dahlan Iskan
Sudah sebulan terakhir, setiap pagi, sahabat lama saya ini kirim tulisan bagus. Soal Indonesia dalam realita –lebih tegasnya: "Indonesia dalam paradoks''.
Teman saya itu seorang pengusaha. Pernah jadi ketua umum partai yang dekat dengan Muhammadiyah.
"Ini tulisan Anda sendiri? Bagus sekali," komentar saya.
"Bukan. Itu tulisan teman baik saya," jawabnya.
Lalu saya scroll lagi ke bagian paling atas. Ternyata memang ada penulisnya –tapi bukan namanya. Hanya singkatannya: GWS.
"Boleh kah saya kenal dengan GWS yang menulis artikel itu?"
"Saya tanya dulu orangnya".
"GWS itu singkatan apa?"
"Saya tanya dulu orangnya".
Ya sudah. Rahasia.
Sejak itu, setiap hari saya dikirimi artikel GWS. Isinya selalu baik. Selalu menarik. Penulisannya mengalir. Hanya kadang agak terlalu panjang –untuk ukuran pembaca zaman sekarang.
Rupanya GWS juga menulis setiap hari. Entah sudah berapa lama. Terbukti setiap pagi saya menerima kiriman dari teman lama itu. Isinya bervariasi. Kadang soal pembangunan Maritim –sampai lima seri. Salah satunya: bagaimana Aceh bisa jadi pusat maritim baru Indonesia. Yakni memanfaatkan program Thailand yang membangun terusan di ''leher'' negaranya. Terusan itu sebagai jalan pintas bagi lalu-lintas kapal dari Lautan Hindia ke Laut China Selatan –tanpa lewat Selat Melaka yang sudah terlalu ramai. Terusan itu juga sekaligus mengurangi peran pelabuhan Singapura.