Disperkop Kepahiang Klaim Normal, Warga Sebut Elpiji 3 Kg Langka Sejak 2 Pekan Terakhir, Ada Apa?
ELPIJI : Salah satu pangkalan Elpiji di Kabupaten Kepahiang yang menjual Gas 3 Kg bersubsidi.--REKA/RK
Radarkepahiang.bacakoran.co - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepahiang Provinsi Bengkulu melalui OPD yang membidangi Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM (Disperkop UKM), mengklaim jika pasokan gas elpiji 3 Kilogram bersubsidi normal setiap harinya di daerah tersebut.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kabupaten Kepahiang, Jan Johanes Dalos, S.Sos melalui Kabid Perdagangan, Abdullah, SE Senin 18 Maret 2024 menjelaskan jika berdasarkan laporan dari agen distribusi gas elpiji MKA dan MBS, disebutkan bahwa pasokan ke pangkalan normal setiap harinya.
Yakni rata-rata dari agen MKA memasok gas elpiji sebanyak 6 truk dan agen MBS 3 truk per hari. Menurut Abdullah dengan kondisi tersebut seharusnya dapat mencukupi kebutuhan warga.
"Kalau berdasarkan laporan dari agen MKA dan MBS pasokan ke pangkalan normal setiap hari, MKA rata-rata 6 truk dan MBS 3 truk setiap harinya. Per 1 truk, itu 560 tabung," ujar Abdullah.
BACA JUGA:Mulai Langka, Harga Gas Elpiji 3 Kg Bersubsidi di Kepahiang Naik jadi Rp 35 Ribu
Dengan demikian, dijelaskan Abdullah, tidak ada keterlambatan pasokan gas elpiji di Kabupaten Kepahiang yang dapat menyebabkan kelangkaan. Lantaran
pasokan gas elpiji bersubsidi tersebut tetap normal seperti biasanya. Tapi pihaknya memastikan akan terus memantau dan meminta laporan pendistribusian gas elpiji yang dilakukan oleh masing-masing agen.
"Kita akan tetap memantau ketersediaan dan distribusi pasokan gas elpiji setiap kali didistribusikan. Dan juga mengimbau agen sesuai dengan ketentuannya mendistribusikan gas elpiji ke pangkalan-pangkalan," jelas Abdullah.
Sementara itu sejak awal Ramadan 1445 H warga Kabupaten Kepahiang mengeluhkan sulitnya mendapatkan gas elpiji 3 Kilogram. Kelangkaan ini dirasakan warga sejak dua pekan terakhir, dari sebelum ramadan hingga saat ini. Akibatnya warga mengalami kesulitan memasak hidangan berbuka dan sahur. Hal ini seperti dirasakan Rohana (45) warga Desa Taba Tebelet Kecamatan Kepahiang Kabupaten Kepahiang.
"Dicari ke beberapa warung di desa ini tidak ada, kosong semua. Sementara ke pangkalan jauh. Ketika dapat informasi gas masuk, tiba di pangkalan sudah habis. Biasanya, beli di warung Rp 25 ribu per tabungnya," ungkap Rohana.
Hal senada disampaikan Bella (25), salah seoarang pelaku usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM. Sulitnya mendapatkan gas elpiji disaat berdampak bagi para pelaku UMKM, apalagi di bulan ramadan. Menurut dia, untuk usaha produk makanan dagangannya sangat bergantung terhadap ketersediaan gas elpiji.
BACA JUGA:Wadidaw. . Harga Gas Melon di Rejang Lebong Tembus Rp 50 ribu
"Kalau ada jual di warung, ya beli di warung. Kami juga kalau dapat informasi gas masuk ke pangkalan, biasanya beli ke pangkalan. Namun sejak dua pekan terakhir, setiap kali ada informasi gas masuk di pangkalan, belum satu jam sudah habis," ujar Bella.
Untuk diketahui, distribusi gas elpiji 3 Kilogram yang ditetapkan menggunakan syarat KTP-elektronik, seharusnya memberikan solusi bagi masyarakat agar tepat sasaran. Ada empat kategori yang diperbolehkan menggunakan gas elpiji ukuran 3 kilogram bersubsidi yaitu masyarakat miskin yang telah terdata di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) Kementerian Sosial (Kemensos), petani dan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).