Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu Dorong Upaya Pengendalian Harga Cegah Peningkatan Inflasi
Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat--GATOT/RK
Radarkoran.com - Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu sebagai bagian dari Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) mendorong berbagai upaya pengendalian harga komoditas pangan untuk mencegah kenaikan angka inflasi di wilayah Bengkulu jelang akhir tahun 2024.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu, Wahyu Yuwana Hidayat mengatakan, walaupun angka inflasi dari rilis terbaru BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi Bengkulu menunjukkan tren penurunan, namun diperlukan upaya antisipasi kenaikan dalam periode 3 bulan terakhir 2024.
"Kita bersyukur dan alhamdulillah kalau disampaikan BPS untuk inflasi sangat terkendali. Angka inflasi tahun kalender juga masih sangat rendah, jadi optimis sampai dengan 3 bulan kedepan di Oktober, November dan Desember jika tidak ada sesuatu yang luar biasa, target inflasi direntang 2,5 persen plus minus satu dapat tercapai," tutur Wahyu.
Wahyu menggarisbawahinya jika keberadaan TPID tidak didesain untuk membuat inflasi serendah-rendahnya dan harga semurah-murahnya, tapi juga konsen terhadap produsen dan konsumen.
"Jadi kita coba upayakan beberapa langkah kerja dengan pengendalian harga. Pastinya secara intense sudah banyak yang dilakukan, ada banyak bantuan dari pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, termasuk dari Bank Indonesia untuk mendorong peningkatan produksi. Karena intinya, pengendalian harga ini kan dari sisi produksi, jika produksinya cukup dan barang ada Insyaallah harganya terjaga," papar Wahyu.
BACA JUGA: Media Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Bank Indonesia Perwakilan Bengkulu Gelar BRIEF 2024
Wahyu menyebut, jika barang komoditas banyak, tinggal dibutuhkan manajemen stoknya saja agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tanpa harus menaikkan harga dipasaran.
"Manajemen stok ini seperti apakah diperlukan hilirisasi atau penyimpanan, dan apakah diperlukan peningkatan nilai tambah, misalnya komoditas cabe jangan hanya dijual presh tapi sudah mulai diolah untuk mengembangkan UMKM dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi," ungkap Wahyu.
Lebih jauh dikatakan Wahyu, ketika ada supply komoditas dengan jumlah yang sedemikian banyak, pemerintah daerah bersama-sama dengan stakeholder yang lainnya harus melakukan management stok dengan baik.
"Misalnya kalau memang sekarang lagi panen padi lebih baik berasnya disimpan sebagai cadangan beras pemerintah, dan nanti pada saatnya ketika harga kecenderungan mulai mengalami peningkatan, dapat dilakukan intervensi melalui pasar murah, operasi pasar dan lain-lain," tambahnya.
Lebih lanjut, Bank Indonesia perwakilan Bengkulu selaku bagian dari TPID memiliki tugas memantau sekaligus melakukan respon menjaga supplay demand, termasuk mengoptimalkan komunikasi.
Dalam hal komunikasi, Wahyu mengatakan, kadangkala inflasi bukan masalah supply demand saja, tapi masalah ekspektasi yang tumbuh ditengah masyarakat. Untuk mengatasi persoalan tersebut, dibutuhkan komunikasi yang baik.
"Banyak orang berekspektasi pasti nanti kalau menjelang tahun baru pasti harga naik, jadi berapapun mereka beli, padahal sebetulnya jumlahnya mencukupi. Hal seperti ini kita komunikasikan ke produsen untuk menimbun barang dan ke konsumen juga sama, jangan belanja berdasarkan keinginan, tapi sesuai kebutuhan dan belanja bijak," tutup Wahyu.