Machmud Algae

Rabu 11 Sep 2024 - 17:30 WIB
Reporter : Eko Hatmono
Editor : Eko Hatmono

Awalnya untuk memanen algae itu Machmud menggunakan saringan kain blaco. Air kolam yang sudah padat algae diayak pakai kain.

BACA JUGA:Uji Coba Makan Siang Bergizi Dilaksanakan di Rejang Lebong, Dinas Dikbud Tidak Dilibatkan

Airnya jatuh, algae-nya tertahan di kain. Ternyata banyak algae yang ikut terbuang bersama air. Dari situ Machmud mengganti saringan kain dengan membran dengan lubang-lubang 50 micron.

Dua tahun lamanya usaha rintisan itu tidak memberikan hasil. Tepung algae yang dikeringkannya sulit diterima pasar. Harganya terlalu mahal.

Setelah banyak belajar dari kesalahan lama Machmud membangun kolam baru. Di tempat lain. Di tanah tegal milik ayahnya. Luasnya 6000 m2.

Machmud kian tahu: kualitas air sangat menentukan. Maka di lokasi baru itu ia membuat sumber air sendiri. Sumur bor. Dari dalam tanah yang dalam.

Dari lokasi baru ini Machmud mulai melihat titik terang. Kuliahnya juga sudah selesai. Bahkan ia mendapat bisa mendapat karyawan yang punya keahlian di bidang algae. Namanya: Mohammad Zusron. Ia lulusan biologi UGM. Lalu mengambil master di Belanda: tentang algae.

BACA JUGA:Penanganan Limbah Domestik, DLH Lebong Perlu Penguatan Regulasi

Pulang dari Belanda, Zusron cari-cari informasi: apakah ada perusahaan bidang algae di Indonesia. Ketemulah perusahaan yang dimiliki Machmud. Ia minta magang di situ. Selesai magang Machmud memintanya kerja di perusahaannya.

Sang ahli punya peran penting dalam mengembangkan algae. Zusron kini menjadi direktur di kelompok usaha Machmud.

Machmud terpikir usaha algae ketika masih mahasiswa di Undip. Sambil kuliah Machmud ikut MLM –multilevel marketing.

Salah satu produk yang harus ia jual di MLM adalah kapsul spirulina. Kok mahal. Kok laku.

Machmud pun mencari tahu: apa bahan baku spirulina. Ternyata algae. Machmud pun mencari tahu bagaimana cara mengembangkan algae.

Kebetulan dosennya di Undip lagi punya proyek penelitian algae. Yakni bisakah algae dikembangkan untuk menyelesaikan limbah di pabrik kelapa sawit. Agar limbah itu dimakan algae.

BACA JUGA:Hingga September, Sejumlah Raperda Belum Disampaikan ke DPRD Lebong

Machmud justru terpikir algae dijadikan bahan baku suplemen spirulina, kosmetik, dan bahan makanan.

Kategori :

Terkait

Minggu 24 Nov 2024 - 17:23 WIB

Wanita Global

Sabtu 23 Nov 2024 - 16:03 WIB

Mau Berubah?

Kamis 21 Nov 2024 - 16:20 WIB

Kokkang Ibunda

Rabu 20 Nov 2024 - 17:04 WIB

Bergodo Kebogiro

Selasa 19 Nov 2024 - 16:33 WIB

Critical Parah