Sejenak keduanya terdiam.
“Setelah saya memakamkan kedua orang tua saya, saya berjalan-jalan ke tepi pantai untuk menghilangkan kesediahan saya. Lalu saya melihat kubah yang bercahaya, kubah tersebut sangat indah, saya masuk ke dalamnya untuk melihat keindahan kubah tersebut. Lalu datanglah malikat dari beberapa malaikat. Malaikat tadi membawa kubah tersebut ke dalam laut, sedangkan saya berada di dalamnya” ucap pemuda itu melanjutkan ceritanya.
“Pada zaman siapa kamu mendatangi pantai?” tanya Nabi Sulaiman penuh penasaran.
“Pada zaman Nabi Ibrahim ‘alaihi sallam,” jawab pemuda itu.
Sejenak Nabi Sulaiman terdiam, mengingat kembali sejarah. Begitu terkejutnya Nabi Sulaiman ketika mengetahui bahwa jarak zamannya dengan zaman Nabi Ibrahim itu adalah dua ribu empat ratus tahun. Begitu panjangnya umur pemuda dan yang anehnya lagi tidak dijumpai satu helai rambutnya yang beruban.
“Lalu, bagaimana kamu bisa mendapatkan makan dan minun?” tanya Nabi Sulaiman.
“Wahai nabiyallah, setiap hari datang kepadaku seekor burung yang membawakanku makanan sebesar kepala manusia. saya memakanya, saya merasakan kenikmatan yang belum pernah saya rasakan di dunia, setelah saya memakannya, saya tidak lagi merasakan lapar, haus, gerah, dingin, tidur, kantuk dan sifat-sifat yang dirasakn oleh manusia pada umumnya serta saya juga tidak merasakan kesepian,” jawab pemuda itu kepada Nabi Sulaiman.
“Maukah kamu ikut denganku di kerajaanku atau kamu ingin kembali kepada tempatmu?” Nabi Sulaiman memberikan penawaran kepada pemuda itu. “Wahai nabiyallah, tolong kembalikan aku ke tempat semula,” pinta pemuda itu kepada Nabi Sulaiman. Lalu Nabi Sulaiman memerintahkan Asif Barkhiya untuk mengembalikan pemuda itu ke tempat semula, saat itu juga pemuda itu hilang dari pandangan Nabi Sulaiman dan rombongan. (**)
Sumber: https://www.nu.or.id/hikmah/kisah-nabi-sulaiman-dan-anak-yang-berbakti-kepada-orang-tua-oTWM7