Tinggal di Rumah Reyot, Anak Alami Gangguan Jiwa, Kakek Wan Ali Butuh Uluran Tangan Dermawan

Sabtu 27 Jan 2024 - 18:51 WIB
Reporter : Novrian Hidayat
Editor : Eko Hatmono

Radarkepahiang.bacakoran.co - Sungguh miris kondisi yang dirasakan oleh Wan Ali, kakek yang sudah menginjak umur 75 Tahun yang tinggal di rumah reyot dengan kondisi serba kekurangan. Kakek Wan Ali yang tinggal di rumah reyot, juga tinggal bersama ke-2 anaknya.

Yakni Pen (50) dan To (40), mereka berdomisili dan menetap di Desa Cinta Mandi Baru Kecamatan Bermani Ilir Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu.

Rumah reyot yang ditinggali keluarga tersebut merupakan bantuan dari pemerintah daerah pascabanjir besar belasan tahun lalu atau tepatnya tahun 2007. Dengan usia rumah yang sudah belasan tahun tersebut, tak ayal kondisi rumah sudah reyot sudah mulai hancur. 

Ukuran rumah reyot yang ditinggali Kakek Wan Ali beserta kedua anaknya berukuran 4 x 6 meter. Kondisi rumah yang sudah berumur kisaran 18 tahun sekarang sudah mulai hancur dimakan usia.

Lantainya sudah hancur, dindingnya yang terbuat dari kayu juga sudah lapuk, atap yang bolong-bolong dan sering bocor saat turun hujan. Di rumah reyot inilah Kakek Wan Ali bersama kedua putranya menghabiskan waktu, dengan kondisi rumah yang sekarang jauh dari kategori rumah sehat dengan tidak adanya jamban.

Selain kondisi tempat tinggal yang sudah tidak layak huni, ekonomi merekapun serba kekurangan. Kakek Wan Ali hanya mengandalkan keahliannya membuatkan sarung parang dan parang yang dipesan oleh tetangga.

BACA JUGA:Kondisi Jalan Seperti 'Kubangan Kerbau', Desa Tanjung Raman Bengkulu Tengah Sulit Terjangkau

Itupun tidak selalu setiap hari dikerjakan, tergantung dengan pesanan. Terkadang 2 bulan 1 kali pesanan, dengan kondisi yang terjadi jelas dengan upah yang tidak seberapa tidak akan cukup menghidupi keluarga tersebut.

Selain tinggal di rumah yang reyot serta tidak layak huni tersebut. Kedua anaknya, Pen (50) tetap membantu kehidupan sehari-hari dengan cara mengurus perkebunan warga jika ada yang membutuhkan. Sementara, To (40) mengalami gangguan jiwa sudah sejak lama dan bahkan membutuhkan pengobatan yang intensif.

Harusnya, To mendapatkan obat khusus setiap harinya agar dapat mencegah tingkah laku yang sulit untuk dikendalikan. Dengan kondisi rumah sudah reyot serta perekonimian yang sulit, tidak mudah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari titambahkan lagi memenuhi kebutuhan obat yang diperlukan oleh To

Kepala Desa Cinta Mandi, Redo Mardo menyampaikan, sebagai warga miskin Kakek Wan Ali hanya mendapatkan bantuan dari Pemerintah desa saja berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang dianggarkan dari Dana Desa (DD). Pihak desa juga berusaha mengusulkan bantuan rehab rumah ke dinas terkait namun hingga sekarang Tidak kunjung terealisasi. 

"Kita secara terus - terusan mengusulkan supaya keluarga Kakek Wan Ali untuk mendapatkan bedah rumah. Tapi hingga sekarang usulan yang disampaikan belum ada realisasinya.

Sedangkan kondisi keluarganya, semakin parah jika tidak ada tindakan khusus dari Pemerintah Daerah Kepahiang. Karena selain tempat tinggal yang tidak layak, beban ekonomi pun selalu kekurangan. Untuk tempat tidurpun meraka hanya tidur di tikar yang sudah lusuh," sampai kepala Desa Redo.

Dari Pemerintah desa sendiri hanya bisa memberikan bantuan berupa BLT DD saja, karena untuk memberikan bantuan jenis lainnya, pihak desa terbentu r dengan aturan. 

"Untuk membantu kesehariannya, para warga bergantian memberikan makanan ataupun sembako. Itupun jika warga memiliki uang lebih, mengingat warga kami juga banyak yang dikategorikan masyarakat kurang mampu," tambah Kepala Desa Redo.

Kategori :