Uji Kemahiran UKBI, Pelajar Bengkulu Diminta Tetap Lestarikan Bahasa Daerah
Para pelajar mengikuti Uji Kemahiran Bahasa Indonesia dan tetap diminta melestarikan serta menjaga bahasa daerah, agar tidak ditelan masa. --FOTO/RK
Radarkoran.com - Pelestarian bahasa daerah menjadi salah satu isu penting dalam menjaga kekayaan budaya Indonesia, terutama pada kalangan generasi muda. Untuk itu, Uji Kemahiran Berbahasa Indonesia (UKBI) hadir menjadi salah satu sarana untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya bahasa, baik nasional maupun daerah, di kalangan pelajar.
UKBI tingkat pelajar se-Provinsi Bengkulu digelar di GOR Sawah Lebar Bengkulu pada Selasa pagi 24 September 2024. Kegiatan ini dibuka oleh Gubernur Bengkulu, Rohidin Mersyah yang secara daring.
Gubernur mengajak para pelajar SMAN dan SMKN di Bengkulu untuk tidak hanya menguasai Bahasa Indonesia, namun juga mencintai serta melestarikan bahasa daerah yang menjadi bagian dari identitas budaya.
"Bahasa daerah di Bengkulu sangat beragam, seperti bahasa Serawai, Pekal, Rejang, dan masih banyak lainnya. Ya kita harus menjaga dan melestarikannya agar tidak hilang ditelan masa," ujar Rohidin.
Sebanyak 2.622 pelajar SMAN dan SMKN di Provinsi Bengkulu turut serta dalam UKBI, yang juga dijadikan sebagai salah satu faktor penentu pemberian beasiswa kepada para pelajar.
BACA JUGA:Asah Kebahasaan, Kantor Bahasa Provinsi Bengkulu Optimalkan UKBI
Lebih lanjut Gubernur Rohidin menekankan pentingnya Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu bangsa, meski demikian keberagaman bahasa di daerah tetap harus dijaga.
"Ya kita tetap menjunjung tinggi Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang bisa digunakan di seluruh penjuru Indonesia untuk berkomunikasi," tambahnya.
Di sisi lain, Prof. E. Aminudin Aziz menyampaikan pentingnya UKBI sebagai bekal bagi para pelajar, terutama di dalam penulisan skripsi di masa mendatang.
"Kami sering mendapat laporan dari dosen bahwa mahasiswa kerap keliru dalam menggunakan Bahasa Indonesia dalam skripsi atau tesis mereka. Ini akibat kurangnya pemahaman terhadap UKBI," ucap Prof Aminudin.