Kamisan Bengkulu, Merdekakan Pendidikan Dari Feodalisme
Kegiatan aksi Kamisan Bengkulu yang digelar di Simpang Lima pada Kamis, 26 Desember 2024--GATOT/RK
Radarkoran.com - Berbagai elemen masyarakat, termasuk mahasiswa, pelajar, dan aktivis pendidikan pada Kamis, 26 Desember 2024 menggelar kegiatan Kamisan Bengkulu dengan aksi damai yang mengusung tema "Melawan Feodalisme, Wujudkan Pendidikan yang Membebaskan" di Simpang 5 Bengkulu.
Pada Kamisan kali ini, mereka menuntut perbaikan sistem pendidikan yang lebih inklusif, merdeka, dan berorientasi pada pemberdayaan rakyat. Serta menyerukan agar pemerintah daerah dan pusat lebih serius dalam menciptakan kebijakan pendidikan yang tidak hanya mengutamakan kepentingan segelintir pihak, tetapi juga memastikan akses pendidikan yang setara bagi semua lapisan masyarakat.
Salah satu pengantar refleksi Kamisan Bengkulu, Baariq S. Al-Fattah menyerukan, adanya feodalisme menjadi sistem yang membelenggu potensi anak-anak bangsa melalui pendidikan yang terpusat dan berorientasi pada kepentingan pasar.
"Kami ingin pendidikan yang membebaskan, yang membuka ruang kreativitas dan pemikiran kritis tanpa adanya tekanan dari kekuatan politik atau ekonomi," tegasnya.
Para peserta aksi juga menekankan pentingnya pendidikan karakter yang mengajarkan nilai-nilai kejujuran, solidaritas, dan kebebasan berpikir. Mereka mengharapkan agar pendidikan di Indonesia dapat mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi yang selama ini menjadi masalah besar bagi anak-anak di daerah terpencil.
BACA JUGA:Pelindo Pastikan Arus Penumpang dan Barang di Pulau Baai Lancar Saat Nataru
"Apa yang dirasakan dari pendidikan di Indonesia saat ini adalah adanya feodalisme, seperti pembelajaran yang tidak sesuai dengan yang ditetapkan negara dan beasiswa yang lebih banyak diberikan kepada yang mampu dibandingkan yang tidak mampu," tambah Baariq S. Al-Fattah.
Lebih jauh, seluruh kalangan masyarakat, mahasiswa, dan komunitas-komunitas yang tergabung dalam aksi ini merupakan bentuk perlawanan terhadap ketimpangan sosial yang terus terjadi saat ini. Masyarakat Bengkulu berharap, suara mereka akan didengar oleh pemerintah, sehingga pendidikan yang lebih adil dan merata dapat terwujud di masa depan.
"Masih banyak sistem materi yang tidak masuk akal dan lebih memprioritaskan uang saat ini. Pendidikan di Indonesia harus bersikap adil," pungkas Baariq.
Untuk diketahui, kegiatan Kamisan ini digelar setiap dua minggu sekali, pada minggu kedua dan keempat setiap bulannya. Kamisan Bengkulu menunjukkan bahwa perjuangan untuk mewujudkan pendidikan yang membebaskan adalah perjuangan bersama, yang tidak hanya bergantung pada satu pihak, tetapi pada seluruh elemen bangsa.