Liburan Wu-Yi

----DISWAY
Hansen rajin ke Vihara. Di negara mana pun. Hari itu Hansen ajak saya sembahyang di Long Hua.
Saya sudah begitu sering ke masjid di Tiongkok. Juga pernah ke gereja di Beijing dan Fuqing. Tapi saya belum pernah ke vihara. Kalau pun pernah, itu sebagai wisatawan.
Kali ini saya ke vihara di Tiongkok sebagai pendamping jemaah yang sembahyang. Tentu saya sudah tahu bagaimana orang Buddha sembahyang. Saya sering ke vihara di Jakarta, Surabaya, Samarinda, Semarang, Palembang, dan Medan.
BACA JUGA:Barong Bola
Di Shanghai ini, dari jauh pun pagoda vihara itu sudah terlihat. Tinggi. Indah. Kuno. Setelah dekat terlihatlah begitu banyak orang keluar masuk pintu gerbangnya.
Saking banyaknya sampai-sampai saya salah sangka.
"Apakah di dalam sana ada stasiun kereta bawah tanahnya?" tanya saya ke Hansen.
"Tidak ada," jawab Hansen. Pengusaha ekspor-impor ini lahir di Keban Jahe, Karo, Sumut. Ia tamat SMAN di Keban Jahe. Lalu kuliah akutansi di Universitas Taruma Negara Jakarta. Hansen dari suku Tiuchu. Hampir 100 persen Tionghoa di Kabanjahe dari suku Tiuchu --yang juga disebut Chaozhou.
Tidak ada stasiun kereta di dalam kompleks vihara Long Hua. Tapi banyaknya orang yang keluar masuk seperti ada stasiun di dalamnya.
Berarti vihara Long Hua ini sangat terkenal. Saya heran: di negara komunis masih ada orang sembahyang begitu banyaknya. Berbondong. Mengalir deras. Yang masuk. Yang keluar. Tiada henti.
Aliran orang masuk gerbang itu mengarah ke deretan kios pembelian yosua. Satu bungkus tiga batang.
Dengan yosua di telapak tangan di dada, mereka menuju halaman pagoda. Mereka melakukan ''tawaf'': berjalan mengelilingi pagoda tua setinggi 40 meter itu. Tiga putaran.
Di putaran pertama mereka berhenti di setiap arah mata angin. Lalu menghadap ke pagoda. Menundukkan badan tiga kali. Lalu jalan lagi.
Di putaran kedua dan ketiga mereka hanya berhenti satu kali. Untuk membungkukkan badan. Yakni di bagian timur pagoda. Di arah matahari terbit.
Salah satu perbedaan dengan tawaf di Kakbah adalah arah putarnya: kebalikan arah jarum jam. Lalu jumlah putarannya: di Kakbah tujuh kali putaran. Di Long Hua tiga kali.