Olimpiade Ijazah

----DISWAY
Oleh: Dahlan Iskan
Sambil menyesali diri kenapa ikut-ikutan membahas Ijazah Jokowi, saya menulis bagaimana rasanya mencoba menjadi orang Beijing. Ikut kehidupan sehari-hari sini: di hari Minggu lalu.
"Kuat?”
"Kuat".
"Ikut yang 10 km atau 5 km?”
"Yang 5 km".
"Yang lari atau jalan cepat?”
Saya berpikir sejenak. Memang, tahun lalu saya masih berani ikut lari Green Force Run 5 km. Lari konstan. Tidak pernah berhenti. Lulus. Dapat medali. Artinya: masuk golongan yang finis dalam waktu kurang satu jam.
"Ikut jalan cepat saja," jawab saya. Udara di Beijing mulai panas: 28 derajat. Kering. Bibir ikut kering.
Acara itu dilaksanakan oleh alumnus universitas terkemuka bidang kelistrikan. Lokasi acaranya di hutan kota Beijing. Yakni di sebelah arena Olimpiade Beijing 2008.
Saya boleh ikut meski saya tidak punya ijazah universitas. Diberi seragam lari secara gratis. Saya serasa lulus jurusan listrik dari universitas ternama itu.
Saya pun menuju kawasan bekas arena Olimpiade Beijing. Di sebagian kawasan itu kini sudah dibangun gedung-gedung baru: kantor pusat Bank Pembangunan Infrastruktur Asia. Yakni bank baru yang dibangun setelah diluncurkannya One Belt One Road (OBOR) oleh Tiongkok.
Di sebelahnya lagi sudah selesai dibangun gedung National Convention Center yang besarnya bisa untuk KTT negara-negara anggota OBOR.