Radarkoran.com - Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu, kasus diare akut menjadi salah satu penyakit yang mendominasi dari awal Januari hingga akhir Agustus 2024 yakni mencapai angka 7.964 kasus.
Data tersebut berdasarkan data yang terinput dalam Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) atau yang biasa disebut dengan Early Warning Alert Response and System (EWARS). Yakni sebuah sistem yang berfungsi dalam mendeteksi adanya ancaman indikasi KLB (Kejadian Luar Biasa) penyakit menular yang dilaporkan secara mingguan dengan berbasis komputer.
SKDR dapat memperlihatkan sinyal peringatan dini adanya peningkatan kasus penyakit melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah, dan sinyal peringatan dini yang muncul pada sistem bukan berarti sudah terjadi KLB tetapi merupakan pra-KLB yang mengharuskan petugas untuk melakukan respon cepat agar tidak terjadi KLB.
Untuk kasus temuan penyakit diare akut tertinggi terjadi di wilayah Kota Bengkulu yakni mencapai angka 1.661 kasus. Lalu disusul Kabupaten Rejang Lebong 1.299 kasus, Mukomuko sebanyak 964 kasus, Bengkulu Utara 913 kasus, Lebong 885 kasus, dan Seluma 599 kasus.
BACA JUGA:Cuti Kampanye, Permohonan Gubernur Disampaikan ke Kemendagri
Kemudian di Kabupaten Bengkulu Tengah sebanyak 475 kasus, Bengkulu Selatan sebanyak 432 kasus, Kepahiang sebanyak 381 kasus, serta Kabupaten Kaur sebanyak 355 kasus.
Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu, Ruslian, S.KM, M.Si mengatakan, diare akut merupakan salah satu penyakit yang timbul akibat perubahan cuaca.
"Diare dan ISPA merupakan diagnosa terbanyak dari kunjungan masyarakat yang berkunjung ke Puskesmas atau rumah sakit," kata Ruslian pada Kamis, 5 September 2024.
Lebih jauh, Dinkes Provinsi Bengkulu mengimbau kepada masyarakat untuk terus menerapkan pola hidup bersih dan sehat, hingga melakukan pesan germas (gerakan masyarakat).
BACA JUGA:Tular Nalar 3:0: Akademi Digital Lansia, Sarana Peningkatan Literasi Digital Para Lanjut Usia
"Pola hidup bersih dan sehat itu yang paling penting adalah cuci tangan pakai sabun sebelum makan dan setelah banyak menyentuh permukaan barang dan sebagainya," imbau Ruslian.
Ia menyebut, penyakit diare akut dapat terjadi karena masuknya bakteri atau kuman kedalam perut melalui perantara tanah yang tidak higienis saat makan.
"Jika kita menyentuh banyak permukaan yang terkontaminasi dengan bakteri atau virus, maka tangan tersebutlah sebagai perantara bakteri dan kuman itu masuk ke mulut kita, sehingga kalau dia masuk ke mulut bisa menyebabkan infeksi saluran nafas dan infeksi saluran pencernaan. Kalau infeksi saluran nafas dia bisa kena ISPA dan infeksi saluran pencernaan bisa tifoid atau diare," papa Ruslian.
Sebagai pencegahan terhadap penyakit ISPA dan diare akut, masyarakat diimbau untuk selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya.
"Jadi tetap melakukan PHBS atau perilaku hidup bersih dan sehat serta melakukan pesan germas," singkat Ruslian.