DBD di Bengkulu Meningkat, Masyarakat Diminta Waspada

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, Moh. Redhwan Arif--GATOT/RK
Radarkoran.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu menyebut angka kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan yang signifikan. Sehingga masyarakat diimbau untuk selalu waspada.
Tercatat, hingga kuartal pertama 2025, kasus DBD di wilayah Bengkulu mencapai angka 358 kasus positif, dengan dua orang tercatat meninggal dunia.
Adapun rincian dan sebaran kasus DBD tersebut yakni di Rejang Lebong sebanyak 88 kasus, Bengkulu Utara 73 kasus, Mukomuko 46 kasus, Kota Bengkulu 41 kasus dengan satu orang meninggal dunia, Kepahiang 35 kasus dengan satu orang meninggal dunia, Seluma 34 kasus, Bengkulu Selatan 24 kasus, Bengkulu Tengah 7 kasus, Kaur 5 kasus dan Lebong 5 kasus.
Kepala Dinkes Provinsi Bengkulu, M, Redhwan Arif mengatakan, angka kasus DBD tersebut berpotensi bertambah sampai dengan menjelang bulan Mei ini, apalagi baru-baru ini juga terdapat dua orang pelajar yang meninggal dunia di Kota Bengkulu akibat penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes aegypti.
"Jadi kita himbau masyarakat untuk selalu waspada serta terapkan hidup bersih dan sehat," katanya.
Lebih jauh, Dinkes Provinsi Bengkulu menekankan akan pentingnya masyarakat untuk melakukan program 3M Plus yaitu Menguras tempat penampungan air, menutup tempat-tempat penampungan air, serta mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus DBD pada manusia.
BACA JUGA:Siap Dibangun Kembali, Rumah Warga Terdampak Gempa Dirobohkan
"Inti yang paling penting dari penanganan DBD itu dengan menerapkan 3M plus. Utamakan kebersihan lingkungan, jangan ada genangan air di sekitar rumah kita," sampainya.
Selain itu, Redhwan menekankan pentingnya aksi gotong royong dilakukan secara masif di lingkungan masyarakat. Hal ini harus dijadikan gerakan bersama menerapkan perilaku hidup sehat.
"Kita minta kepada seluruh masyarakat untuk sama-sama memperhatikan lingkungan rumah masing-masing. Misalnya dengan kegiatan gotong royong di lingkungan RT," tambahnya.
Redhwan menyebut jika kader jumantik (juru pemantau jentik) di setiap RT akan diaktifkan kembali untuk melakukan pemantauan dan mengantisipasi potensi sarang nyamuk di lingkungan masyarakat.
"Kader ini nantinya akan menaburkan bubuk-bubuk abate di tempat-tempat yang kemungkinan menjadi sarang nyamuk. Ini dilakukan untuk memutus perkembangbiakan nyamuk penyebab DBD," tutupnya.