Radarkoran.com - Selain memastikan ISPA dan tifuss, sebagai salah satu penyakit berbahaya, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kepahiang, Provinsi Bengkulu, H. Tajri Fauzan, S.KM, M.Si juga menyebutkan bahwa kasus Demam Berdarah Dangue (DBD) di Kabupaten Kepahiang juga penting untuk diwaspadai.
Pasalnya berdasarkan data yang dimiliki Dinkes Kepahiang, ada kenaikan jumlah kasus DBD di Kabupaten Kepahiang, terhitung mulai periode Januari tahun 2023 sampai dengan Desember 2024. Berdasarkan data tersebut, diketahui ada kenaikan sebanyak 148 kasus DBD di Kabupaten Kepahiang.
"DBD juga patut kita waspadai, kalau berdasarkan data yang kami miliki, tahun 2024 ada kenaikan kasus DBD sebanyak 148 kasus," ujar Tajri.
BACA JUGA:Dugaan Tipikor DPRD Kepahiang, Mantan Sekwan Ungkap Ada Tekanan Atasan
Masih berdasarkan data yang sama, pada tahun 2023, jumlah kasus DBD yang ditemukan di Kabupaten Kepahiang hanya sebanyak 64 kasus saja. Sementara pada tahun 2024, jumlah kasus DBD naik menjadi 212 kasus.
Dengan demikian, jika dilihat dari jumlah tersebut, kenaikan kasus DBD di Kabupaten Kepahiang ini mencapai 3 kali lipat dari tahun sebelumnya.
"Terjadi peningkatan jumlah kasus yang cukup signifikan sebanyak 148 kasus atau 3 kali lipat dibandingkan dengan jumlah kasus tahu 2023 lalu, tentu ini perlu jadi perhatian kita semua," sambungnya.
Sementara itu dijelaskan Tajri, salah satu penyebab terjadinya lonjakan kasus DBD tegas ini dikarenakan adanya cuaca ekstrem atau perubahan cuaca dari kemarau ke musim penghujan. Yang menyebabkan sehingga, terkadang terjadi hujan dan terkadang terjadi cuaca panas. Selain itu juga ada penyebab lainnya seperti minimnya kesadaran masyarakat untik menjaga kesehatan lingkungan tempat tinggalnya masing-masing.
"Banyak genangan air yang dibiarkan begitu saja, sehingg menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk penyeban DBD," sesalnya.
Disinggung terkait wilayah Puskesmas mana saja yang paling banyak ditemukan kasus DBD disepanjang tahu 2024 lalu, Tajri menyebutkan antara lain Puskesmas Cugung Lalang sebanyak 63 kasus, Pasar Kepahiang 40 kasus, Durian Depun 33 kasus, Kelobak 24 kasus, Ujan Mas 23 kasus, dan Puskesmas Tebat Karai 11 kasus.
BACA JUGA:Jalankan Program Desa, Pemdes dan BPD Embong Ijuk Sejalan
Untuk diketahui, dalam rangka pencegahan supaya efektif masyarakat Kepahiang bisa menerapkan Menguras, Menutup dan Memanfaatkan barang daur ulang (3M), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), mengubur wadah yang dapat menampung air. Selain itu, juga harus dilakukan pengaturan cahaya yang cukup di dalam rumah, memasang kawat anti nyamuk di ventilasi rumah serta tidur dengan menggunakan kelambu.
"Intinya untuk menghindari DBD masyarakat Kepahiang harus PHBS serta tidur dengan menggunakan kelambu," demikian Tajri.
Terkait gejala kasus DBD ini, umumnya seseorang akan mengalami tanda-tanda DBD dalam kurun waktu 4 - 6 hari setelah terinfeksi oleh virus dengue. Seseorang yang terkena DBD akan mengalami demam tinggi secara mendadak hingga mencapai suhu di atas 38 derajat celsius. Selain demam, penderita DBD bisa mengalami sakit kepala berat, nyeri otot, mual dan nyeri ulu hati, tanda-tanda perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, serta timbul bintik-bintik merah pada kulit. Demam terutama berlangsung pada 1 - 2 hari pertama, dan akan turun pada hari ke 3. Namun, antara hari ke-3 hingga hari ke-5 saat demam sedang turun inilah yang justru merupakan masa kritis DBD, di mana terjadi kebocoran cairan dari pembuluh darah yang disertai penurunan nilai trombosit sehingga memerlukan terapi cairan dan observasi ketat.