Misalnya: di satu pihak Pertamina harus menjalankan program pemerintah: harga BBM harus sama di seluruh Indonesia. Itu sangat merugikan Pertamina. Dari mana Pertamina harus menutupi kerugian operasional seperti itu.
Atau program pemerintah yang lain: Pertamina tidak boleh kekurangan pasok BBM ke masyarakat. Apa pun yang terjadi. Tidak boleh BBM langka. Padahal kemampuan membeli BBM impor lagi berat. Dari pada heboh BBM langka, maka BBM kualitas apa pun yang disodorkan pemasok diterima. Toh masyarakat tidak tahu. Masyarakat lebih heboh tidak ada BBM dari pada kualitas BBM.
Mungkinkah dua hal itu yang melatarbelakangi kasus blending Ron 90 dan Ron 92 ini? Atau yang lain? Atau apa?
Kalau pun dari hasil "kejahatan" itu sampai ratusan triliun, bukankah uangnya mengalir ke perusahaan? Ke Pertamina? Bukan ke para pimpinannya?
Bingung. Begitu banyak tanda tanya.
Masih banyak informasi yang kita tunggu apa yang sebenarnya terjadi. Sayang mobil kita tidak dikengkapi deteksi apakah yang kita beli benar-benar Ron 92 atau bukan. Anda pasrah saja bukan?
Mobil listrik tidak akan jadi korban permainan seperti itu --kalau permainannya benar-benar ada. Sampai kelak kalau listrik pun bisa dioplos.(Dahlan Iskan)