Relawan Tahalele

Selasa 25 Mar 2025 - 16:53 WIB
Reporter : Eko Hatmono
Editor : Eko Hatmono

BACA JUGA:Setahun Sekali

Jumlah ahli bedah jantung hanya 230 orang --65 persennya hanya maudi Jakarta. Belum lagi ahli anestesi khusus jantung. Juga ahli menjalankan mesin dan instrumennya. Pun perawat khusus paska operasi jantung.

Program Wajib Kerja Sarjana II (WKS II) sudah telanjur dihapus di masa Presiden SBY. Yakni kewajiban bagi yang baru lulus spesialis mengabdi di daerah.

Waktu itu banyak spesialis ke daerah untuk menganggur: tidak ada alat yang diperlukan spesialis tersebut. Kini alatnya ada. Spesialisnya yang kurang.

Rumah sakit besar sudah telanjur jadi. Peralatan sudah telanjur dibeli. Program ini seperti kelihatan dipaksakan. Untuk maju kadang memang perlu pemaksaan. Pemaksaan sering membuat kejengkelan.

Akhirnya menkes menemukan akal: mencari relawan ahli. Mereka dijadikan pengampu khusus operasi bedah jantung.

Satu pengampu untuk delapan rumah sakit. Agar alat yang dibeli tidak menua karatan.

Salah satu relawan ahli itu: Prof  Dr Paul Tahalele. Sahabat lama. Sesama Bonek Karatan --sebutan untuk penggila  Persebaya sampai hari kiamat. Ia orang Ambon, kelahiran Lombok, lulusan fakultas kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Paul Tahalele sudah tergolong "ayatullah" untuk urusan bedah jantung di Indonesia. Usianya sudah 77 tahun tapi terlihat lebih muda dari saya --mungkin karena ia punya grup band D'Professor. Hobinya memang sepak bola dan menyanyi.

Di usia itu kini Paul Tahalele harus terbang ke sana ke mari. Tidak dibayar. Hanya dibelikan tiket dan disediakan penginapan. Ke Kupang. Ke Tarakan. Ke Ambon. RSV Kupang berada di bawah pengampuannya. Pun RSUD Tarakan. Masih ada RSUD Ambon, Sulbar, Gorontalo, Palu, Papua, dan Maluku Utara.

Tentu pemerintah beruntung menemukan relawan yang mau mengampu RS di Indonesia Timur. Paul sendiri dari sana. Biasa melihat kemiskinan dan kekurangan. Itu pula yang membuatnya jadi jagoan.

Paul pernah melakukan operasi jantung hampir tanpa alat di Papua. Pengalaman itu sudah ia bukukan. Satu dari 25 buku yang ia tulis tentang itu.

Paul pun kembali jadi guru di daerah-daerah itu. Guru, mentor, dan sekaligus pengawas. Ia punya kelebihan dalam cara mendidik. Salah satu gelar doktornya di bidang pendidikan.

"Saya didik SDM di RS-RS ampuan saya dengan cara Jerman," ujar Paul kemarin malam.

Paul memang mendapat gelar doktor (PhD) bedah jantung di Jerman. Di bawah asuhan ahli bedah jatung terkemuka dunia: Prof Dr Juergen von der Emde.

Setiap ke Jerman Paul masih diwajibkan makan siang di rumah profesornya itu. Kini sang profesor sudah berusia 92 tahun.

Kategori :

Terkait

Jumat 02 May 2025 - 17:02 WIB

Dokter Konsumen

Kamis 01 May 2025 - 17:03 WIB

Liburan Wu-Yi

Rabu 30 Apr 2025 - 16:29 WIB

Barong Bola

Senin 28 Apr 2025 - 17:24 WIB

Monorail Mau

Minggu 27 Apr 2025 - 17:28 WIB

Apartemen Kereta