Kisah Diyan, Santri yang Merajut Mimpi Lewat Logo Sekolah Garuda

Selasa 21 Oct 2025 - 15:48 WIB
Reporter : Radar Kepahiang
Editor : Radar Kepahiang

Dalam beberapa tahun, Diyan telah mengikuti puluhan kompetisi. Beberapa di antaranya memberi hasil, sebagian besar tidak. Namun setiap kegagalan memberinya pelajaran baru. Ia semakin memahami bahasa bentuk, keseimbangan warna, dan kekuatan ide.

Salah satu pencapaian awalnya adalah ketika berhasil meraih juara dua dalam lomba desain logo dan nama aplikasi yang digelar oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH). Penghargaan itu menjadi dorongan untuk melangkah lebih jauh.

Kesempatan besar datang ketika diumumkan sayembara desain logo Sekolah Garuda. Dalam panduan lomba, disebutkan bahwa logo harus merepresentasikan semangat pendidikan, kebangsaan, dan cita-cita menuju Indonesia Emas 2045.

Dari deskripsi itu, Diyan mulai merancang konsep visual yang berpijak pada gagasan tentang perjalanan panjang anak bangsa dalam meraih cita-cita.

Ia membayangkan bentuk pita yang menjulang tinggi sebagai lambang usaha dan ketekunan, kemudian mengolahnya menjadi figur garuda, yang melambangkan kebanggaan, semangat juang, dan daya jangkau yang tinggi.

Selama empat hari penuh, ia menata garis demi garis hingga terbentuk simbol yang utuh dan bermakna. Setiap warna dan lekuk dipertimbangkan dengan cermat agar tetap sederhana tetapi kuat secara visual.

Ketika hasil akhir dikirimkan, Diyan tidak banyak berharap. Namun, logo ciptaannya ternyata terpilih sebagai juara pertama dan kemudian resmi digunakan secara nasional. Kemenangan itu mengubah banyak hal dalam hidupnya. Dari seorang santri pemalu yang belajar desain secara otodidak, ia menjelma menjadi sosok yang percaya bahwa kerja keras dan ketekunan mampu membuka jalan di mana pun seseorang memulainya.

Di rumah, kebanggaan terpancar dari wajah orang tuanya. Sang ibu yang dulu kerap heran melihat anaknya menghabiskan malam dengan coretan di kertas, kini menjadi orang yang paling antusias menceritakan karya anaknya kepada orang lain.

BACA JUGA:BGN Bimbing 30 Ribu Penjamah Pangan Tingkatkan Kualitas Layanan MBG

Peran santri

Kini, Diyan juga bekerja di bagian layanan kemasan di bawah Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Kediri. Di tempat ini, ia membantu pelaku UMKM mempercantik tampilan produk mereka agar lebih kompetitif. Ia menilai bahwa kemasan sering kali menjadi faktor penting dalam menarik minat pembeli. Hingga saat ini, lebih dari 80 produk UMKM telah dibantu melalui sentuhan desainnya.

Pekerjaan itu memberinya ruang untuk terus belajar dan berkontribusi. Setiap desain kemasan yang ia buat bukan hanya urusan visual, tetapi juga tentang memahami nilai dari jerih payah orang-orang di balik produk tersebut.

Diyan menganggap pekerjaannya sebagai bagian dari upaya membantu masyarakat lokal agar lebih percaya diri dalam memasarkan hasil usaha mereka. Oleh sebab itu, dirinya juga membuka jasa desain logo untuk perusahaan dan organisasi.

Perjalanan Diyan menggambarkan pertemuan antara ketekunan dan kesempatan. Dari koperasi santri di suatu desa di Lampung, ia meniti jalan panjang hingga karyanya dikenal secara nasional.

Namun di balik semua itu, ia tidak pernah melupakan akar identitasnya sebagai santri. Nilai-nilai kesederhanaan, disiplin, dan keikhlasan yang ia pelajari di pondok pesantren menjadi fondasi yang menuntunnya menghadapi dunia kerja dan persaingan profesional.

Kelahirannya yang bertepatan dengan Hari Santri Nasional terasa seperti simbol yang melekat erat pada kisah hidupnya. Ia tumbuh dalam lingkungan yang menanamkan keyakinan bahwa ilmu dan karya adalah bentuk ibadah. Keyakinan itu membuatnya yakin bahwa setiap santri memiliki potensi besar untuk berkontribusi, apa pun bidangnya.

Tags :
Kategori :

Terkait