Airbag Pelita

Minggu 17 Mar 2024 - 18:31 WIB
Reporter : Eko Hatmono
Editor : Eko Hatmono

Sebelum itu dilakukan ternyata pilot sudah terbangun. Rupanya auto-bangun di otak pilot juga berfungsi: bisa bangun sebelum 30 menit.

BACA JUGA:Bawang Putih

Saya juga tenang saja di tengah guncangan cuaca buruk. Saya percaya pada ilmu pengetahuan. Pada teknologi pesawat. Juga pada prosedur tesnya: sebelum pesawat diizinkan beroperasi pasti sudah dicoba terbang di cuaca yang terburuk yang pernah ada.

Tentu tesnya di komputer. Tapi itu sudah cukup  terutama bagi yang percaya ilmu sebagai anugerah Tuhan.

Belakangan memang terjadi beberapa musibah beruntun di udara. Januari lalu pintu pesawat lepas begitu saja. Jatuh ke bumi. Posisi pesawat lagi terbang tinggi di atas kota Portland, California.

Berita baiknya: tidak ada penumpang yang terlempar keluar. Padahal udara luar pasti menyedot dalamnya pesawat dengan sedotan sangat kuat.

Hebat. Berarti semua penumpang begitu disiplin: mengenakan sabuk pengaman. Hanya dengan itu penumpang tidak terlempar: sabuk pengaman.

Minggu ini ada kejadian lain: pesawat 787 mendadak ''jatuh'' dari puncak ketinggiannya. Pesawat dari Sidney ke Selandia Baru. Tersentak ke bawah. Begitu banyak yang terluka: 50 orang  12 di antaranya harus masuk rumah sakit. Mereka terlempar dari kursi. Membentur kursi lain. Membentur langit-langit pesawat.

Penyebabnya satu: mereka tidak mau tetap pakai sabuk pengaman.

Sudah lama saya disiplin pakai sabuk pengaman. Yakni sejak ada kejadian pesawat di Jepang yang mendadak ''jatuh'' dari puncak ketinggiannya. Juga Boeing 787. ''Jatuh''-nya sangat dalam: 5.000 kaki. 

Pesawat ternyata sudah didesain anti turbulensi. Terjatuh dari ketinggian sedalam itu pun bisa seimbang lagi di ketinggian tertentu.

Tidak satu pun yang meninggal. Hanya satu yang cedera: kepala membentur plafon pesawat. Berarti hanya satu orang itu yang tidak mau pakai sabuk pengaman.

Jumat pagi kemarin itu saya berangkat ke Jakarta pakai Pelita Air. Penuh. Hanya dapat seat di kelas bisnis. Mubazir. Tidak bisa makan. Apa boleh buat.

Tapi saya dapat pengalaman baru. Sebelum terbang pramugarinya yang 5i memberi tahu: kursi saya itu dilengkapi airbag. Kalau misalnya pesawat terhentak keras, airbag akan keluar. Jangan kaget.

Ketika lewat di atas Semarang pesawat terhentak cuaca buruk. Airbag tidak keluar. Mungkin hentakannya kurang keras. Mungkin kalau hentakannya sekeras pesawat jatuh barulah airbag-nya keluar.

Maka saya percaya saya ada airbag di situ. Daripada harus dibuktikan dengan menjatuhkan pesawat. (Dahlan Iskan)

Kategori :

Terkait

Senin 25 Nov 2024 - 17:28 WIB

Mampir Guyon

Minggu 24 Nov 2024 - 17:23 WIB

Wanita Global

Sabtu 23 Nov 2024 - 16:03 WIB

Mau Berubah?

Kamis 21 Nov 2024 - 16:20 WIB

Kokkang Ibunda

Rabu 20 Nov 2024 - 17:04 WIB

Bergodo Kebogiro