Radarkoran.com - Sejumlah petani tomat di Kepahiang khususnya di Kelurahan Dusun Kepahiang Kecamatan Kepahiang dilanda kebingungan soal harga tomat di pasar tradisional. Pasalnya, Harga jual tomat di tingkat petani saat puncak panen kali ini hanya tinggal Rp 1.000 per kilogram.
Padahal saat awal panen, harga tomat mencapai Rp 3.000 per kilogram. Para petani mengaku tidak tahu pasti penyebab anjloknya harga tersebut.
"Hasil panen kami bisa dikatakan melimpah, hanya saja harga jual yang murah sehingga keuntungan yang didapat tidak seberapa," keluh Arpan petani Tomat Kelurahan Dusun Kepahiang, Senin 19 Agustus 2024.
Menurut Arpan, saat musim kemarau yang melanda, terpaksa dirinya memelihara tomat dengan cara melakukan penyiraman setiap hari. Susah payah yang dilakukan selama ini, besar harapan harga tomat naik. Tapi sebaliknya, malah tidak sesuai dengan kenyataan.
BACA JUGA:Meriah, Ragam Perlombaan di Desa Gunung Agung Sambut Hari Kemerdekaan RI ke-79
"Bayangkan, musim panas saya jaga tomat saya agar tidak mati. Tapi saat panen, malah harganya tidak sesuai dengan apa yang kami harapkan," tambahnya lagi.
Dirinya berharap, harga tomat di Kabupaten Kepahiang bisa mengalami kenaikan. Karena dari sisi pemananen atau pemetikan buah saja butuh biaya. Karena harus menggunakan tenaga pemetik tomat.
"Kami berharap harga tomat bisa mengalami kenaikan, sehingga petani tomat di Kepahiang bisa mendapatkan hasilnya dari penjualan yang dilakukan," harap Arpan.
Para petani tomat berharap, pemerintah Kepahiang membuat sebuah inovasi yang bisa menguntungkan petani tomat. Salah satunya dengan menggunakan pengolahan buah tomat.
Jika harga tomat anjlok, pemerintah siap dengan wadah pengolahan tomat menjadi bahan baku olahan pangan. Dengan wadah itulah, pemerintah juga didorong membuat perda tentang Harga Eceran Tertinggi (HET) tanaman hortikultura termasuk buah tomat, agar harga tomat stabil dan petani tidak dirugikan.