DBD di Bengkulu Tembus 3.965 Kasus

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi Bengkulu, Ruslian, SKM,.M.Si--GATOT/RK

Radarkoran.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu mencatat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah Bengkulu hingga minggu ke-34 atau awal September 2024 menunjukkan tren penurunan. 

Berdasarkan data Dinkes Provinsi Bengkulu yang termuat dalam SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon), suspek DBD minggu ke-1 sampai dengan Minggu ke-34 sebanyak 3.965 kasus dengan gejala demam dengue. Kasus tertinggi DBD terjadi pada minggu ke-24 sebanyak 232 kasus.

"Pada minggu ke-34 hanya 47 kasus atau mengalami penurunan  dari minggu ke-33 sebanyak 89 kasus. Jadi di akhir Agustus kemarin tertinggi 89 kasus dan turun jadi 47 kasus di awal September," ungkap Kepala Bidang Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Provinsi Bengkulu, Ruslian, S.KM. M.Si, Minggu, 8 September 2024.

Jika melihat dari segi temuan kasus per daerah, kasus tertinggi berada di Kabupaten Seluma sebanyak 690 kasus, disusul Kabupaten Bengkulu Selatan 610 kasus, Rejang Lebong 494 kasus, Bengkulu Utara 485 kasus, Mukomuko 418 kasus. 

BACA JUGA:DISUKA Beri Kebebasan Pers Berikan Kritik untuk Membangun Daerah

Lalu Kabupaten Lebong sebanyak 399 kasus, Kota Bengkulu 308 kasus, Kepahiang 256 kasus,Kuar 227 kasus dan Bengkulu Tengah 78 kasus.

"Jumlah kasus DBD ini angka kumulatif dari kasus minggu pertama atau Januari sampai dengan minggu ke-34," imbuh Ruslian. 

Lebih jauh, walaupun ada tren penurunan kasus DBD, melihat tanda-tanda cuaca sudah mau masuk musim penghujan, Ruslian mengimbau masyarakat untuk rutin melakukan kegiatan PSN (Pembersihan Sarang Nyamuk) di lingkungan masing-masing.

"Minimal seminggu sekali membersihkan tempat-tempat potensial nyamuk bertelur," imbau Ruslian.

BACA JUGA:Empat Wartawan Berprestasi di Porwanas 2024 Dapat Reward

Ruslian juga mengingatkan masyarakat untuk selalu menerapkan pola 3M yakni mengubur, menguras, dan mendaur ulang atau menggunakan barang-barang seperti botol bekas ataupun atau barang lainnya yang dapat menjadi wadah menampung air. Sehingga tidak terjadi perkemabngbiakan nyamuk yang signifikan yang membawa penyakit DBD.

"Jika banyak air yang tertampung dan dibiarkan kemungkinan akan ada nyamuk yang bertelur di sana, sehingga dalam 3 hari  bisa menetas  menjadi jentik nyamuk dan menjadi nyamuk dewasa. Jadi setiap rumah harus membiasakan membersihkan rumahnya masing-masing," tuturnya.

Dirinya juga mengajak masyarakat untuk kembali menggiatkan kegiatan gotong royong di lingkungan kantor dan sekolah, sehingga kebersihan lingkungan benar-benar dapat diwujudkan dengan baik.

"Kita lihat budaya gotong royong ini sudah menipis ya. Dan diharapkan kepada sekolah, kantor atau lingkungan RT itu seminggu sekali melakukan gotong royong," singkatnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan