Proyek Pipanisasi Irigasi Dinas TPHP Provinsi Bengkulu di Kepahiang Dinilai Asal Jadi
DINILAI : Pekerjaan pipanisasi irigasi Air Sempiang dinilai dikerjakan asal jadi dan tidak memberikan azas manfaat untuk masyarakat. --SUHAIMI/RK
Radarkoran.com - Proyek pembangunan pipanisasi peningkatan jaringan irigasi persawahan milik Dinas Tanam Pangan Holtikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu, yang dilaksanakan di Kabupaten Kepahiang terkesan mubazir.
Pasalnya aliran irigasi Air Sempiang tersebut dinilai masih bagus dan belum ada kerusakan yang berarti. Sementara itu, pipanisasi dilaksanakan dengan memasang pipa dengan ukuran cukup besar pada saluran irigasi untuk mengaliri aliran persawahan. Di sisi lain, proyek pipanisasi irigasi yang diperkirakan mencapai 1 Kilometer tersebut lebih itu justru sedikit dialiri air.
Informasi yang berhasil dihimpun Radarkoran.com, proyek yang dikerjakan pada tahun 2024 tersebut rencananya akan menyasar aliran persawahan milik Balai Benih SPP Kelobak.
Namun belakangan proyek ini menuai protes oleh pemerintah desa dan masyarakat Pelangkian karena menilai tidak memberikan azas manfaat untuk masyarakat setempat.
"Proyek tersebut diketahui bersumber dari anggaran Dinas Tanam Pangan Holtikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu. Dengan kami pemerintah desa juga tidak ada pamit. Kami tidak tahu ada proyek pemasangan pipanisasi irigasi tersebut. Pihak proyek tidak pernah melaporkan ke desa," ujar Kades Pelangkian, Sugandi.
Di lokasi, warga Pelangkian yang enggan disebutkan namanya mengatakan, anggaran proyek tersebut mencapai ratusan juta. "Kami heran juga, kok tinggi pipanisasi dari pada sumber mata airnya. Bagaimana mau mengalir airnya ke bawah. Dana juga cukup besar, namun pekerjaan asal-asalan seperti itu, " ujarnya.
BACA JUGA:Guru PAI Lulus PPG 2022 Belum Dapat Serdik, Sebut Pejabat Kemenag Sibuk Proyek Haji
Pantauan di lapangan, papan pekerjaan yang terpasang di lokasi saat ini sudah dalam kondisi rusak dan hanya meninggalkan tulisan dinas terkait saja.
Selain itu juga ditemukan debit air di hulu sungai sangat kecil, dan bak penampungan pertama sudah jebol, sehingga air tidak melewati pipa yang dipasang. Selain itu proses penanaman pipa juga diduga tidak maksimal.
Di mana pipa yang seharusnya ditanam justru sangat dangkal, sehingga debit air tidak bisa melewati pipa yang tinggi dari pada bak penampung. Lebih mirisnya lagi penyambung pipanisasi hanya diikat dengan karet ban bekas.