Garuda Danantara

Garuda Indonesia masuk daftar perusahaan terbaik se-Asia Tenggara versi Fortune Southeast Asia 500 tahun 2025-- -ist-
"Kalau tidak bisa kembali sehat untuk apa kami selesaikan lewat homologasi," ujar Irfan saat itu.
Tahun lalu Irfan diganti. Kini Garuda dipimpin alumnus Taruna Nusantara yang juga alumnus Lion Air: Wamildan Tsani Panjaitan. Saya tidak bisa memastikan seandainya Irfan tidak diganti apakah Garuda bisa sehat dalam tiga tahun seperti yang dijanjikan.
Waktu kesepakatan itu dibuat tentunya sudah diperhitungkan: beban apa saja yang harus dibayar Garuda ke depan, agar dalam tiga tahun sudah sehat dan berlaba. Termasuk konsekuensi perlunya biaya maintenance.
Kenyataannya: justru di tahun ketiga Garuda perlu suntikan Rp 17 triliun. Danantara cukup berhati-hati untuk tidak mengabulkan seluruhnya.
Mungkin direksi Garuda yang sekarang merasa tidak puas: bagaimana bisa terbang tinggi kalau ''hanya'' diberi Rp 6,5 triliun.
Apalagi suntikan Danantara itu sifatnya tidak sama lagi dengan dulu-dulu: bukan injeksi murni. Dana Rp 6,5 triliun itu bentuknya pinjaman komersial. Artinya: Garuda harus membayar bunga dan cicilannya. Tentu ini juga beban baru bagi Garuda –yang tidak tercantum dalam perjanjian homologasi.
Rasanya Presiden Prabowo memang ingin Garuda terbang tinggi lagi. Rasanya Presiden Prabowo juga ingin Danantara dikelola dengan sangat profesional.
Profesionalisme itu yang membuat Danantara tidak bisa memenuhi keinginan Garuda untuk bisa terbang tinggi.(Dahlan Iskan)