93 Tahun Berdiri, Ini Sejarah Panjang Desa Wisata Tangsi Duren
93 Tahun Berdiri, Ini Sejarah Panjang Desa Wisata Tangsi Duren--JIMMY/RK
Radarkoran.com - Desa Tangsi Duren yang berada di Kecamatan Kabawetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu, selama ini dikenal sebagai salah satu desa dengan pesona wisata yang memanjakan mata. Bahkan saking indahnya, Desa Tangsi Duren berulang kali masuk nominasi Desa Wisata Indonesia dari Menparekraf RI.
Namun perlu diketahui, sebelum tumbuh menjadi desa yang memukau ini, Desa Tangsi Duren berulangkali pula mengalami sejumlah peristiwa kelam.
Sejarah panjang Desa Tangsi Duren dimulai sejak tahun 1931, pada masa ini, Desa Tangsi Duren baru saja terbentuk.
Penduduk Desa Tangsi Duren saat itu berasal dari Pulau Jawa dibawah kepemimpinan pemerintah penjajahan Belanda.
Belanda yang membuka perkebunan di wilayah Kabawetan, mempekerjakan sebagian besar penduduk Jawa yang berada di desa sebagai tenaga kerja untuk membuka lahan yang akan dijadikan perkebunan Teh.
BACA JUGA: DD TA 2024, Desa Tangsi Duren Bangun Drainase dan Rabat Beton
Pemerintahan di Desa Tangsi Duren saat itu dipimpin oleh Kepala Desa bernama Noto. Noto sendiri menjadi Kades Tangsi Duren yang pertamakali. Masa Jabatan Noto berlangsung cukup panjang, yakni 11 tahun mulai dari 1931-1942.
93 Tahun Berdiri, Ini Sejarah Panjang Desa Wisata Tangsi Duren.--JIMMY/RK
Pada penghujung masa jabatannya, Belanda akhirny meninggalkan Indonesia. Namun bak hilang 1 tumbuh berganti, disaat yangbersamaan datanglah penjajah Jepang.
Terpuruk sejadi-jadinya, pada penjajahan Jepang ekonomi masyarakat sangat merosot. Pada saat itu kegiatan organsasi menjadi pasif.
Noto yang lepas tugas akhirnya digantikan oleh Jasmun pada tahun 1942. Sayangnya 7 tahun kemudian, atau tepatnya pada tahun 1949-1950 bangsa Belanda datang kembali untuk membuka perkebunan teh di Kabawetan, maka terbentuklah mandor-mandor besar dan kecil yang bersenggolan bak kutub utara dan selatan.
Kondisi ini malah memperparah keadaan pribumi, sehingga saat itu sempat muncul ajakan Buruh untuk membentuk Organisasi yang disebut SARBUPRI.
Perjuangan Organisasi Sabupri ini yakini membuka lahan dan pembibitan karena tujuannya membela hak kaum buruh yang pertama yang diperjuangkan masalah ekonomi, perumahan, kesehatan.
Kemudian pada tahun 1965 meletus pemberontakan PKI. Pada masa ini, seluruh kegiatan organisasi lumpuh total. Semua orang yang berkuasa saat itu menggunakan kesempatan semena-mena tetapi tidak langgeng. Namun momen ini memiliki keuntungan tersendiri bagi pribumi, pembangunan jalan Sengkuang –Tangsi Duren.