Harga Gabah Naik, Kesejahteraan Petani Dipertanyakan
Aktivitas panen padi petani di Bengkulu--GATOT/RK
BENGKULU RK - Pemerintah Provinsi Bengkulu melalui Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, harga gabah padi kering di Provinsi Bengkulu mengalami kenaikan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu, Sisardi mengatakan, adanya kenaikan harga gabah dipicu oleh keputusan Badan Pangan Nasional dan para pengusaha yang berkomitmen dalam menjamin kesejahteraan petani.
"Harga gabah padi kering ini berdasarkan keputusan Badan Pangan Nasional dan partisipasi pengusaha padi itu ditetapkan mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya. Badan Pangan Nasional berkomitmen untuk menjamin petani sejahteraan dan konsumen tersenyum. Dan kita kan ingin petani yang selama ini enggan turun ke swah dapat turun meningkatkan produksinya," tutur Sisardi.
Ia menyebut, harga gaba kering panen saat ini sekitar Rp 6.510 per kilogram di pasaran, sementara petani hanya mendapatkan Rp 5.000 per kilogramnya. Dengan harga tersebut tentunya masih ada kesenjangan harga produksi beras yang harus diatasi.
"Dengan kondisi yang ada, ketidaksetaraan antara harga produksi dan harga pasar harus menjadi perhatian bersama. Petani perlu didorong untuk aktif berpartisipasi dalam peningkatan produksi, dan ini membutuhkan dukungan lebih lanjut, baik dari pemerintah maupun pihak terkait," tambahnya.
Lebih lanjut, Sisardi juga menyebut kondisi cuaca yang tidak menentu perubahan iklim seperti dampak El Nino, juga menjadi faktor yang mempengaruhi produksi gabah. Namun dengan memasuki musim hujan saat ini, harga gabah juga diperkirakan masih akan naik hingga bulan Maret mendatang.
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan beras masyarakat, pemerintah pun berusaha mengatasi dampak tersebut dengan berbagai langkah, termasuk bantuan pangan.
"Pemerintah akan terus berupaya memastikan ketersediaan pangan, terutama beras, di tengah tantangan cuaca yang tidak menentu," ujarnya.
Sementara itu, Anggota DPRD Provinsi Bengkulu, Suimi Fales, mempertanyakan terkait pernyataan pemerintah terkait peningkatan kesejahteraan petani hingga kenaikan harga beras, namun hal tersebut tidak sesuai dengan kondisi petani dilapangan.
"Kenaikan harga gabah itu seharusnya menguntungkan petani, tetapi kenyataannya biaya produksi dari awal tanam hingga panen jauh lebih tinggi dari harga jualnya. Jadi dimana letak untuk kesejahteraan petani dengan harga gabah yang naik tersebut," ungkap Suimi Fales.
BACA JUGA:OPD Pemprov Ditekankan Penerapan SPBE
Ia menambahkan, berbagai macam permasalahan utama yang dihadapi petani mulai dari kelangkaan pupuk yang menyebabkan harus menggunakan pupuk non subsidi dengan harga tinggi, biaya angkut, hingga pembelian pestisida dan kebutuhan lainnya menyebabkan biaya produksi meningkat. Sehingga kenaikan harga gabah tidak menjadi acuan kesejahteraan petani.
Dalam hal ini, Suimi mengingatkan agar pemerintah segera menanggapi dengan langkah-langkah konkret agar kesejahteraan petani benar-benar dapat diwujudkan.
"Ketersediaan pupuk subsidi dan BBM jenis solar, serta menjaga agar harga pestisida tetap terjangkau bagi petani harus dapat dipastikan oleh pemerintah. Ini langkah penting untuk meningkatkan kesejahteraan petani di Provinsi Bengkulu," pungkasnya.