Harga Masih Tinggi, Petani Kopi Diminta Jaga Kualitas Hasil Panen

Kepala Bidang Perkebunan Dinas TPHP Provinsi Bengkulu, Bickman Panggarbessy, SH, MH, MM--GATOT/RK

Radarkoran.com - Petani kopi di wilayah Bengkulu dalam beberapa waktu terakhir cukup bergembira. Mengingat harga komoditas kopi hingga saat ini masih mengalami kenaikan harga yang stabil pada harga Rp 65 ribu - Rp 70 ribu per kilogram. Hal ini tentunya memberikan nilai tambah bagi para petani kopi.

Harga kopi ini juga diprediksi akan tetap stabil beberapa tahun kedepan dan bisa saja kembali mengalami kenaikan harga. Pasalnya negara-negara penghasil kopi masih berjuang dalam mengembalikan produktivitas kopi yang sebelumnya mengalami gagal panen.

"Ini (harga,red) diprediksi masih tinggi dua tahun kedepan. Karena mereka (negara penghasil komoditas kopi) untuk menanam baru itu membutuhkan waktu," kata  Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Provinsi Bengkulu, M. Rizon melalui Kepala Bidang Perkebunan Dinas TPHP Provinsi Bengkulu, Bickman Panggarbessy, SH, MH, MM.

Ia menambahkan, pihaknya terus melakukan monitoring harga kopi yang ada di wilayah Bengkulu. Apalagi kenaikan harga kopi ini sangat berdampak signifikan terhadap kesejahteraan para petani kopi di daerah.

BACA JUGA:Apkasi Otonomi Exspo 2024, Kopi Robusta Kepahiang Masuk Pasar Internasional

"Tahun ini musim cuaca yang bagus untuk petani kopi kita, sehingga hasil panen kopi petani kita meningkat dan petani kita ada kesejahteraan. Juga meningkatkan produktivitas hasil olahan kopi seperti kopi bubuk dan lainnya," tuturnya.

Lebih jauh, dengan kondisi harga kopi yang masih tinggi ini, Dinas TPHP mengimbau kepada para petani kopi untuk terus menjaga kualitas hasil panen kopinya dengan tidak terburu-buru melakukan panen saat belum sampai waktunya.

"Kita minta petani kopi kia selalu menjaga kualitas hasil panennya. Sehingga kopi yang dihasilkan benar-benar memiliki kualitas yang baik," ujar Bickmen.

Untuk diketahui, kenaikan harga kopi yang terjadi ini bukan tanpa sebab. Salah satunya diakibatkan adanya peningkatan permintaan komoditas kopi dari berbagai negara,  sedangkan produk kopi yang dihasilkan yang sedikit.

Peningkatan kebutuhan komoditas kopi dari negara-negara di dunia juga disebabkan lahan pertanian kopi di negara-negara penghasil komoditas kopi mengalami gagal panen beberapa waktu terakhir. Seperti halnya yang terjadi di Kolombia, banyak perkebunan kopi yang mengalami kerusakan akibat bencana banjir.

Begitu pun di Brazil banyak perkebunan kopi yang terdampak musim salju. Sehingga pohon kopi mati dan butuh waktu tiga tahun untuk pemulihannya dan bisa memproduksi kopi kembali.

BACA JUGA:Kualitas Cabai Enggano Dinilai Lebih Baik

Hal demikian tentunya menjadi peluang tersendiri bagi petani kopi yang ada di Indonesia, termasuk Bengkulu untuk terus mengoptimalkan produksinya dan memastikan kualitas hasil produksinya baik.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan