Makna Politik dalam Pandangan Islam

Perpolitikan dalam islam memiliki makna yang sangat luas, tanpa saling menghujat antar masing-masing Paslon maupun pendukung dan simpatisan.--ilustrasi/net

Radarkoran.com - Tidak lama lagi, pesta demokrasi 5 tahunan akan diselenggarakan secara serentak di Republik Indonesia, salah satunya di Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. 

Kontestasi demokrasi yang dimaksud ialah Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), untuk jabatan 2024 hingga 2029 mendatang. 

Meskipun baru-baru ini di Kabupaten Kepahiang, KPU baru menerima tahap pendaftaran bakal calon kepala daerah. Tpai para pendukung masing-masing calon sudah saling mempromosikan kandidatnya, terkhusus pada Media Sosial (Medsos) Facebook.

Bahkan tidak jarang antar tim pemenang dari masing-masing calon kepala daerah dan calon wakil kepala daerah saling beradu argumen, hingga menarik perhatian warganet, bahkan sampai saling menghujat. 

BACA JUGA: Kemenkominfo Klaim 50 Persen Situs Judol Menurun

Sebenarnya, realitas perpolitikan seperti ini sangatlah disayangkan. Karena di dalam Islam sudah ada panduan (Manhaj) bagi generasi yang ingin terjun dalam dunia politik.

Seperti penjelasan ayat-ayat politik dalam kitab Imam Mawardi yang berjudul Al-Ahkam As-Sulthaniyyah yang dianggap sebagai buku pertama yang disusun khusus tentang pemikiran politik Islam.

Ini dapat menjadi referensi untuk dijadikan sumber dalam ajang berpolitik yang sehat dan bekal untuk memimpin suatu daerah.

Potret dinamika politik dalam kacamata Islam sudah diatur dan dijelaskan sedemikian rupa, dan secara gamblang dalam hadist-hadist yang ada di Al-quran, kemudian dirangkum ke dalam kitab.

Dalam kitab Adab ad-dunya wa ad-din (Tata Krama Kehidupan Politik/Duniawi dan Agamawi) disebutkan etika religius dan etika sosial merupakan salah satu alternatif bagi pembinaan dan pengembangan etika dan moral yang dewasa ini sebagai masalah dekadensi.

Konsep muru’ah yang mengalami islamisasi dapat dijadikan pondasi sebagai benteng merebaknya krisis moral, begitu pula dalam politik tanah air ketika pesta demokrasi berlangsung.

BACA JUGA:Kabar Baik Bagi Pencinta Citroen, C5 Aircross Bakal Rancang jadi Mobil Listrik

Dalam Islam politik bukanlah sesuatu yang kotor. Imam Al Mawardi menyatakan “Sesungguhnya imam (khalifah) itu diproyeksikan untuk mengambil alih peran kenabian dalam menjaga agama dan mengatur dunia”. Dengan demikian seorang imam adalah pemimpin agama di satu pihak dan di lain pihak sebagai pemimpin politik.

Politik Islam tidak identik dengan rebutan kedudukan dan haus kekuasaan. Dalam bahasa Arab Siyasah itu diambil dari kata “sasa-yasusu-siyasatan” yang berarti memelihara, mengatur, dan mengurusi. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan