Paguyuban Reog di Kepahiang, Satu-satunya Hanya Desa Bukit Barisan

REOG : Kades Bukit Barisan Kadeno dengan grup reog Ponorogo Singo Joyo lestarikan budaya reog di kabupaten Kepahiang.--IYUS/RK

Radarkoran.com - Kesenian reog didominasi pemain dan pertunjukannya ada di Jawa Timur. Namun, sejumlah pemuda di Desa Bukit Barisan Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu berani mendobrak dengan mendirikan paguyuban reog satu-satunya di Kabupaten Kepahiang.

Pasalnya Desa Bukit Barisan tersebut dihuni oleh warga yang merupakan mayoritas keturunan orang asli Ponorogo Jatim.

Pelopornya adalah Kades Bukit Barisan, Kadeno bersama warga desa setempat. Pemuda paguyuban yang mereka bentuk pun diklaim satu-satunya di daerah ini, dan beranggotakan para pemuda dan pemudi yang diberi nama grup Paguyuban Reog Ponorogo Singo Joyo.

"Karena kami sering berkumpul acara di desa, akhirnya melalui musyawarah kami sepakat mendirikan paguyuban reog perempuan maupun laki-laki, satu-satunya yang ada di Kabupaten Kepahiang. Tujuannya tidak lain untuk melestarikan budaya," tutur Kades Kadeno saat ditemui Radarkoran.com, Kamis 11 Juli 2024.

Kadeno mengungkapkan, paguyubannya diberi nama 'Singo Joyo," yang artinya macan yang kuat. Karena kepiawaiannya dalam ilmu olah kanuragan yang digunakan untuk melawan kejahatan. "Intinya, walaupun kita pemain reog, tetap lemah lembut, sopan tetapi pemberani," terang Kades Bukit Barisan ini.

BACA JUGA:Dinas PUPR Kepahiang Usulkan 3.224 Rumah Dapatkan BSPS

Bapak dua anak ini menegaskan, semua anggota paguyuban ini adalah para pemuda dan perempuan. Bahkan pembarongnya (Pembawa dadak merak) juga ada yang perempuan. "Anggotanya ada 25 orang, pemuda dan pemudi. Pembarong pun ada juga yang perempuan. Namanya Tini," papar Kades Kadeno.

Lebih lanjut dia memaparkan, pembarong yang sering dipanggil mbak Tin itu memang dikenal kuat, sehari-hari bekerja sebagai petani. "Meski perempuan, kekuatannya sama seperti laki-laki," imbuhnya.

Dalam pertunjukan reog, Kades Kadeno sendiri sering ikut tampil dengan tugas menjadi warok. "Sebelumnya saya ikut di ganong, pas badan saya kecil. Saat ini ganti jadi warok," paparnya. 

Kades Kadeno juga mengungkapkan, paguyubannya terbentuk dari kecintaan para warga terhadap kesenian reog. Hal itu mendorong para pemuda untuk berusaha belajar kesenian reog berikut cara mengatur tenaga dari seorang pelatih. "Ada pelatih yang mengajari kami menari, ia dari Ponorogo langsung," lanjutnya.

Karena harus membagi waktu antara menjadi Kades, jadwal latihan reog sering tak beraturan. "Kita baru rutin latihan saat menjelang tampil, bisa setiap hari latihan, sebelum jadwal mau pentas keluar desa," tukas Kades.

Tak hanya itu, paguyuban reog singo Jayo desa bukit barisan sudah mempunyai kostum sendiri hasil pendapat dari setiap pentas di luar daerah Kepahiang. Tiap kali ada undangan untuk tampil, mereka sudah siap dengan peralatan reog beserta kostum lengkap, tidak harus menyewa kostum.

BACA JUGA:Desa Tebing Penyamun Terus Menjaga Kesenian Lokal Ditengah Gempuran Musik Modern

Pengorbanan tidak pernah membohongi hasil. Paguyuban Reog Desa Bukit Barisan ini kerap diundang untuk tampil di sejumlah kota seperti Kota Bengkulu bahkan ke Sumatera Selatan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan