Radarkoran.com - Badan Kependudukan dan Kekuaraga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Bengkulu terus mendorong berbagai upaya untuk mengantisipasi dan mencegah adanya peningkatan angka stunting di wilayah Bengkulu.
Kepala BKKBN Perwakilan Bengkulu, Zamhari, SH, MH mengatakan, upaya penurunan angka stunting membutuhkan peran semua pihak dan stakeholder terkait. Sehingga upaya dan program yang dijalankan untuk mengantisipasi peningkatan angka stunting di daerah dapat dijalankan dengan optimal.
"Pertama, kita harus bisa mengkonvergensi semua pihak untuk ikut serta menyelesaikan ini. Baik sektor pemerintah, sipil, militer, termasuk NGO dan media harus turut serta. Apalagi media, akan saat sangat berperan dalam menyebarluaskan informasi," ungkap Zamhari.
Ia menegaskan, pengendalian stunting bukan hanya tanggung jawab dari BKKBN saja, tapi menjadi tanggung jawab semua pihak.
"Stunting ini tanggung jawab semua umat, tanggung jawab semua penduduk Indonesia. Pertanyaan kita seperti ini, sesuatu hal yang membahayakan karena tidak adanya kepedulian kita terhadap suatu lingkungan dampak daripada stunting," tuturnya Zamhari.
Lebih jauh, Zamhari juga menekankan pentingnya edukasi dilakukan kepada masyarakat tentang pentingnya mengatasi stunting. Terutama terkait dengan edukasi kesehatan ibu hamil, kebutuhan gizi anak, hingga sarana prasarana rumah tangga.
"Bicara tentang stunting itu bukan karena faktor kesehatan saja, dari luar kesehatan itu sekitar 30 persen. Jadi dibutuhkan peran bersama untuk mengedukasi pencegahan stunting ini," imbuhnya.
BACA JUGA:Pengentasan Stunting, Pemdes Talang Pito Salurkan Makanan Tambahan
Sementara itu, berdasarkan Survei Kesehatan indonesia (SKI) tahun 2023, angka prevalensi stunting di Bengkulu mencapai angka 20,2 persen atau mengalami peningkatan sebesar 0,4 persen.
Zamhari mengatakan, prevalensi stunting sangat berbeda dengan angka kasus stunting. Ia menyebut jika prevalensi stunting merupakan angka potensi terjadinya kasus stunting, dan di wilayah Bengkulu sendiri angka tersebut terus mengalami penurunan. Begitu juga dengan angka kasus stunting yang juga mengalami penurunan.
"Prevalensi stunting kita semakin hari semakin turun. Dan persentase 20,2 persen tersebut bukan angka stunting, tapi prevalensi stunting. Banyak daerah yang angka prevelensi stuntingnya tinggi tapi kasus stuntingnya tidak ada. Di Bengkulu sendiri kalau bicara kasus stunting kita setiap tahunnya turun," tambahnya.
Bicara tentang prevalensi stunting, Zamhari menyebut tidak hanya bicara tentang kesehatan dan lingkungan, karena banyak faktor lainnya. Untuk itu dirinya mengajak semua pihak untuk bersama-sama untuk mengantisipasi stunting.
"Yang menentukan target penurunan prevalensi tersebut adalah dari pemerintah pusat, bukan kita. Namun kita mengupayakan agar potensi-potensi stunting itu tidak terjadi," tutupnya.