Oleh: Dahlan Iskan
RAKYAT senang. Investor senang. Negara senang.
Bisakah tiga tujuan itu tercapai di sebuah kawasan yang akan dibangun besar-besaran seperti PSN PIK2?
"Bisa".
Yang mengatakan "bisa" itu Ahmad Khozinudin SH. Ia orang Jawa-Lampung. Ia sedang menggugat keberadaan Proyek Strategis Nasional (PSN) PIK2 yang di pantai utara Tangerang. Tepatnya di sebelah utara Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.
Luas tanah dan laut yang ia persoalkan itu 900 hektare. Khozi tidak sendirian. Ada 20 orang aktivis yang bersamanya. Termasuk seorang brigjen dan kolonel purnawirawan.
"Anda mewakili berapa petani dan nelayan?"
"Kami justru tidak atau belum mewakili mereka. Mereka jangan diikutkan dulu," ujar Khozi.
"Kalau mereka ikut menggugat lalu dikalahkan, mereka akan habis. Kami dulu yang maju. Kalau pun usaha kami ini dikalahkan, petani dan nelayan tidak rugi apa-apa," tambahnya.
Khozi mengambil contoh proyek besar Bandara Soekarno-Hatta di sebelahnya. Juga proyek PLTU Teluk Naga di ujung barat PSN PIK2.
"Rakyat di dua kawasan itu senang kok. Investornya juga senang. Negara juga senang," kata Khozi.
Orang tua Khozi asli Magelang. Miskin sekali. Dari desa di Kecamatan Salaman. Orang tuanya ikut transmigrasi ke Lampung. Ke Way Jepara. Di Lampung Timur.
Khozi lahir di sana. Sekolah di sana. Sampai tamat SMK di sana. Lalu Khozi kuliah hukum di Universitas Muhammadiyah Magelang.
"Saya dari keluarga NU, pernah aktif di IPNU, sekolah di Muhammadiyah, ikut IMM, lalu jadi aktivis HMI," katanya. Berarti Khozi aktivis lintas pagar.