Radarkoran.com - Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Kabupaten Bengkulu Tengah, Sri Widodo memberikan saran soal polemik penentuan lahan masjid agung. Disampaikan Sri Widodo, lokasi pembangunan masjid agung di atas lahan yang berada di samping pendopo rumah dinas bupati di Desa Ujung Karang sudah tepat.
Alasannya, selain lokasi strategis, sebab berada di pinggir jalan raya, juga memudahkan jemaah untuk datang melaksanakan ibadah. Kemudian, berdekatan dengan rumah dinas bupati kantor bupati. Terlebih di area masjid agung tersebut juga akan berdiri Islamic Centre.
"Jadi, selain pertimbangan tadi, yakni sebagai tempat ibadah, kami dari DMI Bengkulu Tengah dapat berkantor di salah satu ruangan masjid agung dengan manajemen masjid yang modern. Konsepnya juga akan dibangun islamic centre, bahkan untuk wisata religi," sampai Sri Widodo.
Dia melanjutkan, dirinya optimis dengan berdirinya masjid agung akan menjadi ikon baru sekaligus magnet masyarakat, bukan hanya masyarakat Bengkulu Tengah namun juga dari luar daerah untuk berkunjung.
"Masjid Agung ini nantinya akan menjadi ikon baru bagi Bengkulu Tengah. Maka menurut hemat kami kami tempatnya harus strategis dan mudah dijangkau. Maka dari itu, lokasi pembangunan di Desa Ujung Karang sudah tepat. Mari bersama kita dukung pembangunannya," kata Sri Widodo.
BACA JUGA:Fenomena Supermoon, Masyarakat Kawasan Pesisir Diminta Waspada
Hal senada juga disampaikan oleh Ketua BMA Kabupaten, Bj. Karneli. Dia mengungkapkan, keputusan pada era Bupati Ferry Ramli yang menetapkan lokasi masjid agung di komplek perkantoran sah-sah saja. Tetapi, kata Karneli, itu bukanlah harga mati.
"Andaikan benar, dulu Bupati Ferry Ramli sudah menetapkan lokasi Masjid Agung di Renah Semanek, ya menurut pendapat saya itu sah-sah saja. Ya tetapi harus diingat, itu bukan harga mati yang tidak boleh diubah atau ditinjau ulang. Karena ketika itu baru tahap konseptual, rencana atau planning, jadi belum dieksekusi sama sekali oleh bupati sebelumnya," kata Karneli.
"Sehingga kemudian ada pertimbangan lain dari pemimpin berikutnya, misal harus diubah atau dialihkan, itu juga sah-sah saja. Kenapa tidak. Toh yang akan melakukan pembangunan itu bukan lagi pak Ferry sebagai bupati sebagai penanggung jawabnya, melainkan bupati yang sekarang," sambung Karneli.
Dia melanjutkan, semua pihak juga harus menilai wacana pembangunan pemerintah dengan seksama, demi kemajuan di masa akan datang, bukan berdasar ego sektoral.
"Masjid agung adalah salah satu ikon daerah. Kan di mana-mana juga begitu. Oleh sebab itu harus ditampilkan di lokasi yang tepat, misalny mudah diakses serta mudah dilihat atau dikenal oleh khalayak ramai. Karena itu untuk kondisi sekarang dan Insya Allah terus di masa ked epan lokasi yang akan dibangun oleh bupati sekarang di pinggir jalan lintas, menurut saya sudah tepat sekali," demikian Karneli.