Radarkoran.com - Tim Sekolah Energi Bersih (SEB) Kanopi Hijau Indonesia mendorong peningkatan pemahaman anak-anak yang merupakan generasi masa depan untuk mencegah abrasi pantai yang ada di pesisir Bengkulu yang merupakan salah satu dampak ancaman krisis iklim.
Peningkatan pemahaman tersebut salah satunya dengan dilaksanakan Study Trip lokasi terdampak abrasi yang berada di Desa Pekik Nyaring Kabupaten Bengkulu Tengah baru-baru ini.
Pada studi tersebut, tim SEB Kanopi Hijau Indonesia membuktikan dan memberikan pencerahan kepada anak - anak muda bahwa ancaman terhadap krisis iklim sebagai penyebab utama abrasi pantai adalah sesuatu yang pasti terjadi.
Salah satu peserta study trip, Hanifa Juniyati mengatakan, abrasi yang terjadi di Desa Pekik Nyaring Kabupaten Bengkulu Tengah adalah bukti bahwa krisis iklim ancamannya secara perlahan tapi pasti akan merenggut daratan kita di masa depan.
BACA JUGA:Penanganan Titik Parah Terdampak Abrasi Terus Dioptimalkan
"Untuk itu, sebagai anak muda tentunya kita harus bertindak demi mempertahankan daratan kita untuk masa depan. Caranya dengan meminimalisir penggunaan energi serta terlibat dalam gerakan transisi energi bersih yang adil dan berkelanjutan," ujar Hani.
Diketahui, setidaknya ada 8 perwakilan SEB yang melakukan study trip lokasi terdampak abrasi ini. Mereka adalah siswa SMA sederajat yang berasal dari berbagai sekolah di Kota Bengkulu. Pada studi yang dilakukan, selain melakukan edukasi tim juga melihat secara langsung kondisi daratan pesisir yang terdampak abrasi dan terus mengalami perluasan.
Bahkan tim SEB yang hadir juga mendengarkan keluhan dari masyarakat akan kondisi yang dialami dalam beberapa tahun terakhir menghadapi ancaman abrasi pantai.
"Di tahun 2019 lalu jarak 200 meter ke arah laut adalah daratan dengan jejeran pohon cemara laut. Dalam jarak tersebut masih terlihat aktivitas nelayan seperti menjemur ikan dan menyandarkan kapalnya. Sekarang air laut menghantam dan menghancurkan rumah kami," ungkap Upik salah satu warga Pekik Nyaring.
Sementara itu, dalam tempo 6 tahun terakhir, ada sebanyak 6 unit rumah warga hancur akibat abrasi pantai yang terjadi di Blok 1 Dusun 5 Desa Pekik Nyaring Kabupaten Bengkulu Tengah Provinsi Bengkulu yakni satu unit rumah hancur akibat abrasi pantai terjadi pada tahun 2019, 2 rumah hancur akibat abrasi terjadi pada tahun 2023, dan 3 rumah hancur akibat abrasi pada 6 Juni tahun 2024.
Sedangkan sekitar 15 rumah lagi sedang menunggu waktu saja untuk mengalami hal yang sama akibat kondisi abrasi yang semakin luas.
Selain di Pekik Nyaring, beberapa titik di pesisir Bengkulu juga mengalami abrasi seperti Pantai Abrasi Mukomuko, Pantai Ketahun, Pantai Lais, Pantai Desa Pondok Kelapa, Pantai Bengkulu Selatan dan juga Pantai Kaur.
BACA JUGA:Bengkulu Ditarget Miliki 2 PPN di Tahun 2025
Lebih lanjut, Kanopi Hijau Indonesia mencatat, setidaknya di Bengkulu ada 184 desa yang berhadapan langsung dengan Samudera Hindia yang terancam abrasi dan mendapatkan pengaruh secara langsung akibat krisis iklim.
Kanopi Hijau Indonesia pada tahun 2022 merilis hasil analisis yang dikumpulkan dari berbagai sumber dan menyebut bahwa Sumatera pada bagian barat mengalami laju abrasi bervariasi antara 0,12 m sampai dengan 25 meter. Sedangkan untuk wilayah Bengkulu laju abrasi rata rata per tahun sebesar 2 meter.