Bengkulu Alami Deflasi 4 Bulan Berturut-turut

BPS Bengkulu saat mengelar rilis data statistik di Aula Raflesia BPS Provinsi Bengkulu, Selasa 1 Oktober 2024.--GATOT/RK

Radarkoran.com - Berdasarkan rilis data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu yang disampaikan pada Selasa, 1 Oktober 2024 menyebutkan jika Provinsi Bengkulu mengalami penurunan angka inflasi atau deflasi sebesar 0,28 persen dibandingkan periode bulan sebelumnya. 

Deflasi atau inflasi minus 0,28 persen ini sudah keempat kalinya terjadi sepanjang tahun 2024. Dengan demikian, Bengkulu telah mengalami deflasi empat bulan berturut-turut yakni pada bulan Juni 2024 mengalami deflasi 0,04 persen, bulan Juli 2024 yang mengalami deflasi atau inflasi minus 0,70 persen, bulan Agustus 0,18 persen dan Bulan September sebesar 0,28 persen. 

"Pada bulan September 2024, mengalami minus inflasi atau Deflasi bulanan (m-to-m) sebesar 0,28 persen, inflasi tahunan (y-on-y) sebesar 1,48 persen dan inflasi tahun kalender (y-to-d) sebesar 0,38 persen. Jadi posisi kita saat ini masih aman, karena target yang ditetapkan 2,5 plus minus satu," kata Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Ir. Win Rizal, ME saat menyampaikan rilis data statistik pada Selasa, 1 Oktober 2024 di Kantor BPS Provinsi Bengkulu. 

Adapun penyumbang utama deflasi pada bulan September 2024 secara bulanan (m-to-m) adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan andil sebesar 0,30 persen. 

"Masih ada kelompok pengeluaran yang menyumbang andil inflasi tinghibyakni kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,02 persen," sampai Win Rizal. 

Sementara itu, dari segi komoditas penyumbang utama deflasi antara lain cabai merah, bensin, tomat, cabe rawit, dan telur ayam ras masing-masing sebesar 0,26 persen, 0,04 persen, 0,03 persen, 0,03 persen, dan 0,01 persen. 

BACA JUGA:Agustus, Bengkulu Alami Deflasi 0,18 Persen

Sementara itu, komoditas dominan penyumbang utama inflasi bulan September 2024 secara tahunan (m-to-m) adalah komoditas angkutan udara, Sigaret Kretek Mesin (SKM), kopi bubuk, dan pasta gigi dengan andil masing-masing 0,02 persen, serta komoditas ikan tuna sebesar 0,01 persen. 

"Disisi peran beras belum sampai memberikan andil, tapi jangan sampai beras ini tidak terkendali seperti tahun lalu," imbuh Win Rizal. 

Disisi lain, jika melihat dari inflasi tahunan (y-o-y) sebesar 1,48 persen dengan andil inflasi tertinggi dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 0,56 persen. Disusul kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,32 persen, dan kelompok penyediaan makanan dan minuman restoran sebesar 0,26 persen. 

"Sedangkan untuk pengeluaran informasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi dengan andil inflasi sebesar minus 0,04 persen," kata Win Rizal. 

Sedangkan komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini adalah Sigaret Kretek Mesin (SKM) sebesar 0,29 persen, emas perhiasan sebesar 0,21 persen, beras sebesar 0,13 persen, sigaret Kretek tangan (SKT) sebesar 0,12 persen, dan Kontrak Rumah sebentar 0,09 persen. 

"Sedangkan komoditas yang memberikan andil deflasi tahunan (y-o-y) yakni Cabai Merah, Ikan Tuna, Tomat, Telur Ayam Ras, dan Ikan Tongkol/Ikan Abu-Abu masing-masing sebesar 0,30 persen, 0,06 persen, 0,05 persen, 0,05 persen, dan 0,05 persen," papar Win Rizal. 

BACA JUGA:Bulan Juli 2024, Bengkulu Kembali Alami Deflasi 0,70 Persen

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan