Apakah Boleh Puasa Sehari Sebelum Ramadan, Ini Pendapat dari 4 Mahzab

PUASA : Pendapat dari 4 Mahzab puasa sehari sebelum Ramadan.--FOTO/ILUSTRASI
Radarkoran.com-Puasa Ramadan merupakan ibadah yang sangat dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia setiap tahunnya. Karena puasa Ramadan menjadi kesempatan untuk meraih pahala berlipat dari Allah SWT. Namun, menjelang bulan suci Ramadan, sering muncul pertanyaan apakah boleh berpuasa sehari sebelum Ramadhan? Pertanyaan ini tentu muncul untuk memastikan apakah ibadah puasa yang dilakukan sudah sesuai dengan syariat atau tidak. Untuk mengetahuinya, simak jawabannya pada artikel ini.
Apakah Boleh Puasa Sehari sebelum Ramadhan?
Dalam Islam, hukum puasa sehari sebelum Ramadan dijelaskan melalui hadits Rasulullah SAW, Rasulullah SAW bersabda:
'Janganlah kalian mendahului bulan Ramadan dengan mengerjakan puasa sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali bagi seseorang yang sudah terbiasa melakukannya, maka dia boleh berpuasa pada hari itu' (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari kitab Fiqhul Islami wa Adillatuhu yang ditulis oleh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, hadits ini melarang umat Islam berpuasa sehari atau dua hari sebelum Ramadan untuk menghindari kekeliruan antara puasa sunnah dan puasa wajib. Namun, terdapat pengecualian dan perbedaan pendapat di antara madzhab.Pendapat empat madzhab mengenai puasa sehari sebelum Ramadan memiliki kesamaan dan perbedaan yang saling melengkapi.
Madzhab Hanafi menyatakan bahwa puasa pada hari tersebut makruh tahriman jika diniatkan sebagai puasa Ramadan atau puasa wajib. Namun, puasa ini diperbolehkan jika bertepatan dengan kebiasaan puasa sunnah, seperti Senin-Kamis, untuk mencegah anggapan penambahan hari dalam Ramadan.
Madzhab Maliki memiliki pandangan serupa, yakni menganggap puasa sehari sebelum Ramadan makruh jika diniatkan sebagai antisipasi masuknya Ramadan. Meski demikian, puasa diperbolehkan jika dilakukan untuk qadha, kafarat, nadzar, atau kebiasaan puasa sunnah. Jika ternyata hari tersebut adalah awal Ramadan, puasa wajib diqadha.
Sejalan dengan kehati-hatian dalam menentukan awal Ramadan, madzhab Syafi'i mengambil sikap yang lebih tegas dengan menganggap puasa pada hari tersebut haram, kecuali bagi orang yang memiliki kebiasaan puasa sunnah atau yang berkewajiban menjalankan puasa seperti qadha dan nadzar.
BACA JUGA:Catat! Ini Tips Aman Ikut Aksi Unjuk Rasa
Hal ini merujuk pada pernyataan Ammar bin Yasir RA 'Barangsiapa berpuasa pada hari syak, berarti dia mendurhakai Abu al-Qasim (Nabi Muhammad SAW)'
Larangan ini bertujuan untuk menjaga keseragaman umat Muslim dalam memulai Ramadan tanpa penambahan hari. Sementara itu, madzhab Hambali mendefinisikan hari syak sama seperti madzhab Syafi'i, tetapi menganggap hukumnya makruh, bukan haram.
Pendapat ini sejalan dengan madzhab Maliki, yakni makruh tetapi sah, selama puasa tersebut bukan diniatkan sebagai puasa Ramadan melainkan untuk qadha, kafarat, nadzar, atau kebiasaan puasa sunnah. Jika hari itu kemudian diketahui sebagai awal Ramadan, puasa wajib diqadha.
Kesimpulannya, puasa pada hari syak menurut jumhur ulama (Hanafi, Maliki, dan Hambali) adalah makruh tetapi sah, sedangkan menurut madzhab Syafi'i adalah haram.