Gedung Konservasi Penyu Alun Utara di Bengkulu Tengah Terancam Hilang

Beginilah kondisi gedung konservasi penyu alun utara yang berada di Desa Pekik Nyaring Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah. --DOK/RK
Radarkoran.com - Dari pemerintah pusat hingga Pemerintah Provinsi Bengkulu dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bengkulu Tengah, sampai dengan saat ini belum juga melakukan penanganan abrasi yang terjadi di pantai Desa Pekik Nyaring Kecamatan Pondok Kelapa. Padahal, tindaklanjut tersebut bersifat mendesak.
Bagaimana tidak, abrasi yang terjadi, saat ini mengancam keberadaan Balai Konservasi Penyu Alun Utara yang terletak di Desa Pekik Nyaring. Disebutkan bahwa, abrasi saat ini sudah menerjang bagian gedung konservasi penyu tersebut.
Zulkarnain selaku Pengelola Balai Konservasi Penyu Alun Utara mengatakan, kondisi gedung konservasi penyu sangat mengkhawatirkan. Meskipun demikian
aktivitas di konservasi masih tetap berjalan seperti biasa. Saat ini setidaknya terdapat 109 ekor tukik jenis lekang yang sedang dierami di lokasi tersebut.
"Balai konservasi ini sudah sangat terdampak oleh abrasi. Ya bisa dikatakan tinggal menunggu waktunya saja, bangunan konservasi ini akan roboh. Ya kalau saat ini aktivitas penangkaran penyu masih terus berjalan," sampai Zulkarnain.
Lebih lanjut ia menyampaikan, pihaknya tidak hanya berdiam dengan kondisi yang ada tersebut. Mereka katanya, bersama pemerintah desa setempat telah mengajukan permohonan perbaikan dan pencegahan abrasi kepada pemerintah daerah beberapa waktu yang lalu. Tetapi sayangnya belum ada tindaklanjut terkait penanganan abrasi tersebut.
BACA JUGA:Pedas, Harga Cabai Rawit Setan di Benteng Rp 100 Ribu per Kilo
"Sudah kami usulkan untuk dilakukan perbaikan. Malah pemerintah hanya lempar tanggung jawab. Apabila kondisi seperti ini tetap dibiarkan, maka gedung Balai Konservasi Penyu Alun Utara terancam hilang," jelas Zulkarnain.
Masih bersama Zulkarnain, menurut dia, saat ini gedung Balai Konservasi Penyu Alun Utara hanya tersisa satu gedung kantor dan tempat penetasan telur penyu saja yang masih dapat digunakan. Namun dengan cuaca yang buruk belakangan ini, gedung yang tersisa semakin cepat rusak.
"Kami dan masyarakat sekitar berharap supaya pemerintah segera memberikan perhatian dan tindak lanjut, mencegah kerusakan gedung ini lebih lanjut. Kemudian melindungi tempat penangkaran penyu yang sangat penting untuk kelestariannya," papar Zulkarnain.
Seperti yang diketahui, Juni 2024 lalu pihak Balai Wilayah Sungai Sumatera VII Bengkulu sudah memasang geobox untuk memecah ombak dan menahan laju abrasi. Akan tetapi, dikarenakan penanganan yang dilakukan hanya bersifat sementara, geobox yang dipasang tidak bertahan lama dan saat ini sudah rusak.